MENGHABISI "SANG PRESIDEN" ITU - 18 Januari '10
Masih ada yang tersisa… belum terhapus karena kujaga dengan kunci sebesar palu seharga satu enam satu… masih rapi… tetap urut… dan begitu “membaca” serasa melemparkan diri ke dalam ruang penuh tulisan: “AKU BENAR TAPI AKU BODOH”…
Ya… dan dengan alasan apapun akhirnya aku memang memilih yang “benar”… benar menurutku belum tentu menurutmu… tapi tak kulihat air matamu,, tak kudengar rengekanmu,, dan tak kurasa perih itu… ahhh kau memang pandai menyembunyikan… bahkan sangat ku yakini,, kau akan lebih memilih berjemur menatap sang raja siang atau menantang delik liar serigala lapar daripada harus bicara satu kata tentang rasa yang tengah kau tutupi dalam-dalam… dan aku “benar” karena logika harus tetap jalan walau hati berontak karena tak ingin dinomorduakan… tenangg,, sudah kuperhitungkan benar-benar langkah kakimu yang kutahu berat meninggalkan ‘medan perang’…
--- ;;;; ---
Ya… dan aku “bodoh” telah mencoba membunuh ‘sang presiden’ masa depan… aktor intelektual yang tak mengedepankan roman picisan untuk sebuah ikatan tanpa syarat dan ketentuan… dan aku “bodoh” harus menerbitkan undang-undang ‘tandingan’ untuk sekedar mengharap kau mengikuti aturan dan menganggapku sebagai ‘yang berwenang’… aku “bodoh” telah salah menerapkan strategi dan kau pun “bodoh” telah SANGAT SALAH memaknai sebuah strategi… aku berjuang mempersempit ‘wilayah’mu yang kalah oleh waktu… kau hanya kalah lebih dulu… HANYA KALAH LEBIH DULU… tapi kau ‘sang presiden’ ituuu… mengertilah…!!! Kau ‘sang presiden’ ituuu…
---;;;;---
Terus pertahankan ego itu hingga lumpuh kedua kakimu,, jangan menyerah hingga kau rasakan keperihan yang teramat sangat sebagai imbalan atas kekerasan hati yang menyembunyikan hati dengan tak hati-hati… lanjutkan aksi tutup mulutmu,, jangan bicara hingga sudah tak ada yang tersisa… kecuali jika kau menunjukkan nyali untuk ‘beradu strategi’ dan berhasil ‘meracuni’ diri sendiri…
Karena “KAU BODOH TAPI KAU BENAR”—
Kamar 004,,
Trangkil S.E.J.A.H.T.E.R.A--
Komentar
Posting Komentar