Minggu, 04 Februari 2024

SEKOLAH TANPA JURUSAN

Sumber: Dokumentasi Pribadi



Begitu selesai baca buku ini, satu hal yang terpatri: bikin coretan etnografi kelas gini ternyata seruuuu sekali! 🫠 iyaps, buku ini cerita tentang bagaimana teman-teman Sanggar Anak Alam (SALAM) di Yogyakarta meracik kurikulum sendiri: berdaulat penuh atas pokok bahasan, sumber informasi, media belajar, dan bahkan indikator keberhasilannya secara mandiri. Laku sinau yang organik dan fleksibel tersebut diceritakan langsung oleh tangan pertama: penulis, yang juga fasilitator di SALAM.

Catatan-catatan penulis detail dan menegaskan bahwa anak-anak di sana tak melulu menjadi objek pendidikan, sebaliknya, mereka ialah subjek pencari pengetahuan. Oleh karena itu, diksi-diksi: kesepakatan, keterlibatan, diskusi, kesadaran diri, konsekuensi, dan refleksi sering muncul. Alur belajar berbasis riset-riset sederhana mengawali penjelajahan pengetahuan dengan keingintahuan, keprihatinan, dan kerisauan. Riset bagi mereka bukan sekadar soal teknik/keterampilan, apalagi hanya sekadar soal suka atau tidak suka.

Peristiwa belajar dituturkan penulis dengan jujur, ada banyak poin kendala, kesulitan, hingga hal-hal minus yang ditemui. Fasilitator tidak mutlak berperan sebagai juru narasi. Mereka menempatkan diri sebagai pemelajar pula, tentu saja termasuk belajar sabar 😄 Mereka senantiasa mengarahkan bahwa bacaan tidak melulu dari buku. Ruang interaksi, peristiwa-peristiwa, orang-orang yang ditemui adalah ruang belajar bagi anak untuk mampu menjadi tuan atas diri sendiri. Oleh karena itu, anak juga dituntun membangun ruang bicara dan ruang dengar dengan sesamanya.


Kamis, 11 Januari 2024

UJIAN TERTUTUP PROMOSI DOKTOR

 


THE DOOR-TO-DOOR BOOKSTORE

 

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Membaca kisah Carl Kollhoff seperti menemukan sosok ideal(is) pencinta buku. Tugasnya sebagai juru antar buku tidak dimaknainya sekadar memindahkan buku dari rak di Toko Buku Gerbang Kota ke tangan para pelanggan. Ia seolah sedang membagi-bagikan makanan, yang masa kedaluwarsanya sangat panjang.

Dalam hidupnya, Carl merasa berkeluarga dengan buku. Ia berbagi rumah dengan rak-rak, kertas-kertas berjilid, dan tinta-tinta. Baginya, memulai patroli pengantaran buku sebanding dengan memulai kehidupan setiap harinya. Bila konon dikatakan bahwa buku akan bertemu dengan pembacanya, Carl mencoba memosisikan diri sebagai penunjuk jalannya.

@penerbitbaca 👋

THE TEMPERATURE OF LANGUAGE

 

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Bahasa kita adalah bahasa yang tipikal. Satu saja kata yang berbeda bisa mengubah arti. Pun, bahasa memiliki suhu tersendiri. Tingkat hangat dan dinginnya berbeda-beda: bisa merangkul kelelahan ataupun membakar perasaan.

Sorry seems to be the hardest word. Lirik lagu itu kadang masih relevan untuk kehidupan sekarang. Mungkin, ada yang masih ingin mencoba membuktikan kebijakan sosial kuno bahwa suara yang lebih lantanglah yang akan menang.

Lee menyebut ada beberapa kata (ucapan) yang harus sengaja diabaikan. Ya, semua orang tidak akan mengarungi laut dengan cara yang sama. Lebih penting memastikan diri sendiri paham saja, bahwa tanggal kedaluwarsa setiap kesulitan itu berbeda-beda.

*nemu kata baku yang baru 'ngeh' 😄
terbersit ❎
tebersit ☑

pedesaan ❎
perdesaan ☑

@bukugpu 👋

Sabtu, 09 Desember 2023

PRIBADI-PRIBADI PEMBUKA CAKRAWALA

Sumber: Dokumentasi Pribadi


Buku ini ialah bagian dari serial biografi intelektual terbitan @bukukompas yang menyajikan 'significant person' di bidang pendidikan dan penelitian. Tokoh-tokoh kampus yang punya bobot 'human interest' menjadi kriteria seleksi.

Tentu saja... gaya penulisan jurnalistik sangat kental, cenderung berorientasi historiografi. Selayaknya pascabaca biografi, beberapa catatan penting mengenai jaringan kerja kampus dan 21 profil tokoh lintas geopolitik dengan pergulatan ilmiah masing-masing bisa ditemui. Beberapa nama tidak asing, Prof. Ir. Eko Budihardjo, M.Sc. dari UNDIP yang paling kukenali 😊 

Mereka mewakili idealisme ilmuwan yang membangun kontrol dari kedalaman diri, sekaligus mencoba tidak terpolusi oleh semangat egoistis. Perjalanan sarat ilmu dan pengalaman mereka akhirnya memang butuh dokumentasi tertulis seperti ini.

Rabu, 15 November 2023

-PURNATUGAS-

Sumber Foto: Dokumentasi Pribadi


"Assalamualaikum, Ibuuu..." 😄

Sapaku untuk Bu Prapti setiap masuk ruang perpustakaan @pascasarjana_unnes, tempatku nebeng 'bersemedi' sekitar 2-3 semester ini. Biasanya, seketika beliau akan mendongak, senyum berseri, dan sesekali rumpi pagi 😆

Dalam sebulan ini, entah sudah berapa kali beliau menambahkan kalimat "Wah, aku tinggal beberapa hari lagi ya bisa ketemu Mbak Santi..." pascajawab salamku. Iya, beberapa hari ini beliau akan mengakhiri pengabdian sebagai pustakawan di sini. Purnatugas 🏡

Tanggapanku pun selalu sama. Beberapa kali pula kusampaikan betapa senang dan bersyukurnya aku, bila nantinya bisa masuk masa purna dalam kondisi SESEHAT beliau 😄 Biasanya, beliau akan langsung mengamini dan memberi doa-doa baik yang menentramkan hati.

Selamat menikmati masa purna, Bu Prapti. Semoga rencana buka warung makan, atau nerima jasa katering dan pesanan kudapan, seperti yang selalu Ibu ceritakan dengan wajah berbinar, bisa terealisasi dengan lancar ❤


#humanism
#pribadibaik

Selasa, 14 November 2023

AJARAN BERNAS DARI BU NAS

 

Sumber Foto: Dokumentasi Pribadi

Tidak usah berlebihan ya… ini peristiwa biasa, yang akan dilalui siapa saja…

Begitu pesan Bu Nas, jelas kudengar dari bilik sebelah. Beliau sedang berbincang dengan ketua jurusan ihwal “perayaan” purnatugas. Kami bertiga di ruang dosen siang itu. Aku tidak sedang mencuri dengar, ketua jurusan sengaja memintaku untuk “bersaksi” atas apa yang menjadi kesepakatan. Sepanjang obrolan, aku lebih sering diam, manggut-manggut, dan berusaha cermat menyimak isi pembicaraan. Pada beberapa bagian obrolan, aku mendapati penegasan atas nilai baik yang telah lama kusematkan kepada Bu Nas: tanggung jawab dan kesederhanaan.

*** 

Aku mengenal Bu Nas sejak akhir 2008. Iya, sudah cukup lama. Menuliskan pengalaman berinteraksi dengan beliau seperti mengingat kembali masa-masa memulai belajar menekuni profesi ini. Beberapa momen baik, terutama dalam kebersamaan di kampus masih terekam hingga saat ini. Pernah pada tahun-tahun awal, aku agak bingung memberi jawaban atas pertanyaan mahasiswa mengenai nilai akhir yang diterimakan. Mahasiswa tahun pertama tersebut mengirim pesan hingga 3x dan bertanya apakah masih bisa mendapat kesempatan perbaikan nilai dengan tugas tambahan. Aku kekeh bahwa durasi dan instruksi tugas yang kusampaikan sebelumnya sudah cukup jelas.

Pagi itu, kulihat Bu Nas rehat di ruang kerja (sebelum renovasi), dalam bilik yang memunggungi jendela. Setelah memulai obrolan ringan, aku bertanya ihwal bagaimana harus menyikapi permintaan mahasiswa yang demikian. Bu Nas memberi arahan berdasarkan pengalaman. Beliau menyampaikan bahwa kontrak perkuliahan di awal pertemuan amat penting untuk dasar menyelesaikan masalah-masalah demikian. Artinya, kontrak perkuliahan bukan sekadar aktivitas awal yang rutin untuk memulai pembelajaran, melainkan pegangan terkait berbagai aturan sampai dengan akhir perkuliahan, termasuk soal penilaian. Bu Nas juga menegaskan bahwa yang disebut kontrak berarti harus disepakati kedua belah pihak, dosen dan mahasiswa.

Kemudian, Bu Nas menceritakan pula pengalaman ketika menemui permasalahan yang sama. Selain ketegasan sesuai kontrak perkuliahan, prinsip keadilan juga perlu digengam saat memberi penilaian. Pemberian kesempatan perbaikan bagi semua mahasiswa dan menggunakan alat ukur penilaian yang sama, misalnya, termasuk ketika mempertimbangkan akan memberi bonus nilai kepada beberapa mahasiswa.

***

Kesempatan belajar dari Bu Nas, aku dapatkan juga ketika turut mengkoordinatori program kuliah kerja lapangan (KKL). Beberapa kali kami memberi pendampingan ke Bali, Malang, Bandung, Jakarta, dan Surabaya. Pengalaman yang paling kuingat saat pendampingan program KKL tahun 2015. Ketika itu, tujuan program KKL ke Malang-Bali bersama sekitar 170-an mahasiswa dan 8 dosen pendamping. Alhamdulillah agenda berjalan lancar. Namun, sampai dengan hari keempat di Bali, kami mulai menyadari ada ketidakberesan dengan penyedia jasa perjalanan wisata yang kami gunakan. Biro perjalanan tersebut tidak menepati beberapa kesepakatan dengan pihak ketiga yang turut berimbas kepada kami serombongan. Salah satu bus tertahan di penginapan selama beberapa jam sebagai dampak ketidakberesan. Bu Nas memberi arahan kepada kami para dosen pendamping agar tetap tenang, terus mengupayakan solusi, dan meminta keseluruhan agenda KKL tetap dijalankan.

Dalam fokus yang mulai kacau, kami masih tetap menyelesaikan kunjungan akhir di Balai Bahasa Provinsi Bali. Bu Nas berpesan agar pemberitahuan kepada para mahasiswa mengenai kondisi ketidakberesan tersebut ditangguhkan, agar tidak menimbulkan kepanikan. Aku pribadi cukup terpukul ketika itu, mengingat selama bertugas sebagai koordinator, tahun 2015 adalah kali pertama aku terlibat langsung di lapangan. Saat makan malam bersama, Bu Nas mencoba menenangkanku bahwa ini hal baik untuk dijadikan pembelajaran. Beliau mengingatkan bahwa proses pemilihan biro perjalanan ini dilakukan bersama-sama oleh tim. Oleh karena itu, tanggung jawab bukan tanggung jawab pribadi melainkan tanggung jawab bersama yang harus dituntaskan sampai dengan akhir program. Alhamdulillah, rombongan sampai di Semarang sesuai rencana awal dan pihak biro perjalanan bersegera pula menyelesaikan semua permasalahan.

***

Pengalaman mencermati pola kerja Bu Nas pernah kutuliskan pula dalam catatan ringan di Instagram. Kutulis ulang dengan berbagai penyesuaian tanpa mengubah esensi. Ketika itu, (hampir) seluruh dosen jurusan diminta untuk simulasi menggunakan learning management system (LMS) Pendidikan Profesi Guru (PPG) sebagai salah satu persiapan sebelum diimplementasikan. Kami dibagi dalam beberapa tim. Aku dan Bu Nas tidak berada dalam satu tim, tetapi tim kami hampir selalu bekerja bersama dalam satu ruangan.

Kegiatan bersama tersebut berlangsung 3-4 hari. Selama kegiatan, aku mencuri-curi amatan dalam beberapa kesempatan. Dalam kinerja hampir seminggu, menurutku pilihan sikap Bu Nas cenderung berbeda. Saat yang lain berburu dengan kecepatan (termasuk aku), beliau konsisten dengan ritme kerja sendiri. Bu Nas selalu mengawali dengan mencermati instruksi yang muncul dari setiap poin tugas. Kemudian, respon yang diberikan pada setiap isian tugas benar-benar hasil diskusi tim. Sepertinya, asumsi ah... paling tugas sekadar formalitas itu tidak berlaku bagi beliau. Apalagi, yang cuma model salin tempel jawaban teman. Beliau bertanggung jawab penuh atas tugas yang sudah di-iya-kan.

Selang beberapa hari setelah kegiatan, jelang dini hari, aku nekat mengirim pesan kepada Bu Nas. Tentu saja, isi pesan kuawali dengan permohonan maaf atas ketidaksopanan. Dalam pesan yang terkirim, aku menyampaikan terima kasih atas inspirasi baik yang beliau berikan. Iya, yang seperti ini: tentang integritas yang dijaga dengan amat pantas. Benar, aku meyakini tidak ada pribadi sempurna. Oleh karena itu, menemukan sisi baik dari seseorang adalah sebuah anugerah dan peluang. Iya, peluang baik untuk meneladani.

***

Sebagai junior, setiap mengingat Bu Nas, aku langsung teringat Bu Prapti pula. Iya, Almarhumah Ibu Dra. Suprapti, M.Pd., yang sudah lebih dahulu purnatugas. Bagaimana tidak, beliau berdua adalah “ibu jurusan” yang perannya tidak melulu soal dunia perkuliahan. Salah satu hal yang masih terasa sampai sekarang adalah ajaran untuk guyup sosial antarsesama warga jurusan. Oleh karena itu, aku senang sekali ketika mendapati momen Bu Nas dan Bu Prapti bersua saat takziah putra pertama Bu Prapti. Kuangkat ponsel segera, cekrek! Berharap jadi dokumentasi atas jalinan pertemanan baik antara beliau berdua.

Dalam durasi yang tidak lama, aku berkesempatan mencermati dan menikmati bagaimana beliau berdua saling bertatap muka, menepuk pundak secara perlahan, dan berbagi tingkah nyaman yang sarat penguatan. Tutur kata keduanya dalam tempo lamban, saling mengingatkan banyak hal lampau dengan menyenangkan. Namun, bagiku yang paling terasa dari komunikasi singkat itu adalah ketenangan. Barangkali, hal itu adalah salah satu indikator persahabatan: yang sebenarnya. Tidak terasa ada kerisauan, tanpa beban, dan riang mengekspresikan perasaan.

***

Sumber Gambar: https://e-katalog.lkpp.go.id/

Mb Santi… Bu Nas pamit ya, besok sudah Kamis…

Rabu terakhir bulan November lalu, Bu Nas berseru demikian sesampai di bilik beliau. Aku segera berdiri, melongok ke kiri, dan mendapati bilik Bu Nas sudah “bersih”. Beliau menyampaikan barang-barang sudah diangkut ke rumah dan esok hari adalah TMT masa pengabdian beliau sebagai pegawai negeri sipil. Berbatas sekat bilik, kami mengobrol sebentar. Kusampaikan terima kasih berulang dan permohonan maaf atas hal-hal yang kurang berkenan selama berinteraksi. Kusampaikan pula serangkaian doa sederhana untuk Bu Nas dan keluarga. Senang sekali mendapati Bu Nas menyelesaikan masa pengabdian dengan sangat baik dan dalam keadaan sehat. Terakhir, beliau menyampaikan rencana-rencana setelah purnatugas. Dalam haru, aku turut mengamini, semoga rencana-rencana baik Bu Nas terwujud dan manfaat. Amin.

*telah dipublikasikan pada Kumpulan Esai "Ajaran Bernas dari Bu Nas"
Penerbit Cipta Prima Nusantara, Januari 2023

Sabtu, 14 Oktober 2023

TECHNOLOGY INTEGRATION IN INDONESIA LANGUAGE CLASS FOR SENIOR HIGH SCHOOL: A SYSTEMATIC REVIEW

Sumber Gambar: https://www.upwork.com/en-gb/

ABSTRACT

Technology integration is inevitable due to the development of teaching and learning. The transformation of the digital-based learning process is adapted to the students' necessity in learning, which vastly grew during the last COVID-19 pandemic. This systematic literature review focuses on integrating technology in Indonesian Language classes for the Senior High School level. The analysis used the Preferred Reporting Items for Systematic Review and Meta-Analyses (PRISMA) methodology. There are 29 articles with a relevant focus to this review, which were published between  2018 and 2022. These articles came from Scopus, Semantic Scholar, and Google Scholar databases. Based on the analysis, technological-based learning is implemented with different forms and objectives, from video conference tools to social media, digital platforms, and applications. Technology is also adapted to the domain of learning: cognitive, affective, and psychomotor. Therefore this article would be helpful for teachers, students, and schools to consider integrating technology into Indonesian language classes.


*Proceedings of the 2nd International Conference of Humanities and Social Science, ICHSS 2022, 17 December 2022, Surakarta, Central Java, Indonesia
https://eudl.eu/doi/10.4108/eai.17-12-2022.2333297


Sabtu, 07 Oktober 2023

PROGRAM AKUISISI PENGETAHUAN LOKAL 2023 - BRIN

Sumber Gambar: Instagram Penerbit BRIN


Alhamdulillah. 
Keep up the good work! 💚

https://penerbit.brin.go.id/press/announcement/view/21

UTILIZATION OF ARTIFICIAL INTELLIGENCE TECHNOLOGY IN AN ACADEMIC WRITING CLASS: HOW DO INDONESIAN STUDENTS PERCEIVE?

Sumber Gambar: Dokumentasi Pribadi

ABSTRACT

Research shows that artificial intelligence (AI) technology positively influences students’ writing skills, but this area has yet to be touched by Indonesian researchers. This study aims to map perception, obstacles, and recommendations for optimizing use of AI in teaching academic writing in Indonesian. This article focuses on a case study of three senior high schools in Central Java, Indonesia. It employs quantitative and qualitative data. The researcher collected the data using questionnaires presented with Likert scale, followed by an in-depth interview through mobile instant messaging interview. Findings show that (1) AI-based learning tools help students to do academic research, especially in the planning step, to identify and develop the topics, as well as in the drafting step, to develop a paper draft, (2) AI-based learning tools are deemed flexible in accessibility despite not being able to cover all necessities required by students in writing process, (3) students are interested in using AI technology in academic writing class so that learning process will not be boring. Although AI has been used in academic writing classes, tools have not positively impacted quality of students’ academic papers in all indicators. There are several obstacles to using AI, namely (1) need for more available feature, especially in editing Indonesian text, and (2) in contrast, the features still need to be optimized. These are the recommendations for the optimization of AI-based learning tools, which are (1) adding features to edit Indonesian text, including spelling, diction, and sentence structure, and (2) enhancing AI literacy to be able to explore and leverage the existing features optimally. This research has yet to accommodate the possible coverage in checking the originality and accuracy of the written product assisted by AI-based learning tools, which could become a focus for future researchers.
Keywords: perception, AI technology, learning tools, academic writing

*Published at Contemporary Educational Technology - Journal

https://www.cedtech.net/article/utilization-of-artificial-intelligence-technology-in-an-academic-writing-class-how-do-indonesian-13419


KULIAH PAKAR ADOBSI