Postingan

PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT PENDANAAN DIPA LPPM UNNES 2022

Gambar
  Sumber Poster: Dokumentasi Pribadi

1W1P: TANTANGAN, TERTANTANG, MENANTANG

Gambar
Sumber Foto: tokopedia.com   Alhamdulillah. Akhirnya sampai juga pada periode terakhir tantangan 1 week 1 post -nya komunitas Gandjel Rel Semarang (Gres). Pertama kali tahu info program ini dari grup WA anggota. Kupikir “seru juga nih tantangan”, mengingat ada waktu yang harus disisihkan untuk menulis, walau tidak sibuk sekali dan tidak selalu tahu banyak hal. Tanpa pikir panjang, langsung klik tautan untuk gabung dalam second line grup WA komunitas, khusus untuk program ini. Beberapa teman Gres turut serta pula walaupun tidak semua. Berada dalam lingkungan yang positif, kuyakini turut mengiringku ke arah positif pula. Begitu masuk dalam grup, penjelasan dari admin grup yang cukup instruktif dan sangat jelas amat membantuku memahami aturan dan ketentuan yang kemudian menjadi kesepakatan. Menurutku dari sekian banyak aturan dan ketentuan, yang terseru adalah ketentuan tema yang diberikan setiap akhir pekan dan aturan mendapatkan poin dari setiap tantangan menulis yang tertuntaskan.

PREVENTIF ATAS KONTEN SENSITIF

Gambar
Sumber Foto: Dokumentasi Pribadi   Beberapa minggu lalu, jagad Twitter dihebohkan dengan kemunculan konten bertajuk “kebaya merah”. Selintas, penggunaan diksi yang viral ini cukup provokatif bagi yang baru mendengar atau membaca. Memang ada apa dengan kebaya merah? Begitu dominan respon awal yang muncul. Setelah ditelusur lebih dalam, istilah ini dipakai untuk mendeskripsi wanita dalam satu video berkonten dewasa yang mengenakan baju kebaya berwarna merah. Tak ayal, cukup banyak yang terkecoh dengan istilah tersebut, tak terkecuali pengguna Twitter yang masih remaja atau (bahkan) masih berusia di bawah umur. Banyak pihak, terutama orang tua tentu telah mengupayakan berbagai cara agar anak-anak tidak terpapar konten-konten yang demikian. Namun, kemerdekaan akses dan minimnya pendampingan saat anak-anak berselancar ( searching ), kadang menjadi pembuka kran atas akses konten-konten tersebut. Apalagi, penggunaan istilah yang mendukung viralitas konten juga tidak dapat selalu ditebak. Ma

ANTUSIAS MENAPAK TILAS DENIAS

Gambar
Sumber Foto: http://pilea-eureka.blogspot.com/ Senang banget. Iya, begitu gambaran perasaan ketika aku berada di dalam mobil jeep warna putih sore jelang petang hampir 15 tahun lalu. Mobil kekar itu membawaku dari Timika menuju Tembagapura, kota di atasnya. Jalannya terjal menanjak di jalanan keras bebatuan khas pegunungan. Aku yang duduk di bagian belakang terombang-ambing dan beberapa kali ingin muntah, mual sekali. Sesekali aku melirik lewat jendela samping, wuuuh… awan putih bersih bergumpal-gumpal ada tepat di sebelah kaca. Spontan aku nyeplos: “Kayak di (film) Denias ya”, dan sopir jeep dengan lekas menyahut: “Kan memang shooting -nya di sini”.  === Denias kutonton sebelum berangkat ke Tembagapura tahun 2007 lalu. Aku menyetujui kontrak mengajar persiapan ujian akhir bagi para peserta didik SMP di bawah Yayasan Pendidikan Jayawijaya. Ada dua tim yang berangkat, satu tim bertugas di Mimika dan satu tim bertugas di Tembagapura. Aku masuk tim yang bertugas di Tembagapura. Sesuai

TETAP BACA BUKU MESKI MOOD SEDANG BUNTU!

Gambar
  Sumber: https://www.ekrut.com/media/bad-mood Sebagai pecinta buku, saya kadang menemu rasa semangat yang membuncah pun rasa malas yang sangat untuk beraktivitas dengan buku. Mood swing cukup berpengaruh, walau tidak terlalu parah. Bila good mood , saya merasakan sekali “senengnya” baca buku, semangat nerima hal-hal baru, stabilo sana-sini bagian-bagian seru dan mindfulness , menikmati alur dan pola pikir penulisnya. Bagaimana bila sedang badmood ? Terkadang dalam kondisi yang tidak ideal tersebut, saya coba untuk menolong diri sendiri 😊   Badmood yang saya rasakan biasanya karena amburadulnya manajemen waktu, yang akhirnya mbulet mau ngerjain yang mana dulu. Mengapa amburadul? Karena belum mampu menyingkirkan distraksi. Nah, rumit! 😊 Kalau sudah teridentifikasi masalah internal begini, tentu saya harus berupaya pula membantu diri secara internal pula. Buat saya, menyamankan diri menjadi senjata pertama dan utama.   Beberapa hal yang saya lakukan untuk coba menyamankan d

KESEMPATAN BERUBAH ITU ADA, BILA MAU!

Gambar
  Sumber Foto: Dokumentasi Pribadi Apa indikator buku yang baik? Pertanyaan itu pernah disampaikan mahasiswa di kelas ketika membahas tentang kriteria buku best seller . Ketika itu, banyak mahasiswa mempersepsi bahwa buku best seller adalah buku yang baik. Atau sebaliknya, buku yang baik adalah buku yang best seller . Pendapat yang tidak salah, bila “baik” yang dimaksud dari sisi angka penjualan. Kriteria best seller ada pada kata kunci seller , yups bagaimana pasar merespon dengan besaran kuantitas keterserapan yang konkrit. Bila pertanyaan di atas dalam konteks “baik” dari sisi isi/esensi atau kebermanfaatan maka pembaca cukup bebas merdeka untuk mengklaim buku yang baik versinya. Subjektif? Menurutku iya. Pernah kubaca pendapat dari Pak Bambang Trim, praktisi perbukuan, bahwa buku yang baik adalah buku yang “bertemu” dengan pembaca yang tepat. Artinya, apa yang menjadi kontennya relate dengan kebutuhan atau keingintahuan pembacanya. Sepertinya, poin relate inilah salah satu