![]() |
Sumber: Dokumentasi Pribadi |
SANTI PRATIWI T. UTAMI
-the best people are those who can be useful for others-
Jumat, 05 Mei 2023
CRITICAL ELEVEN
Sabtu, 15 April 2023
MELIHAT DIRI SENDIRI
![]() |
Sumber: Dokumentasi Pribadi |
BENTUK DAN PILIHAN KATA
![]() |
Sumber: Dokumentasi Pribadi |
Dalam BI secara umum bentuk kata terdiri atas kata dasar/bentuk dasar/kata asal/dasar kata dan kata bentukan/kata turunan/kata berimbuhan/kata jadian. Pembentukan kata dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai cara, yaitu pengimbuhan, penggabungan antarkata dasar, penggabungan unsur terikat dan kata dasar, pengulangan, dan pengakroniman. Pengimbuhan terdiri atas prefiks, sufiks, infiks, dan konfiks. Prefiks meng- dan peng- paling banyak menimbulkan masalah karena dapat mengalami perubahan bentuk jika digabungkan dengan kata dasar yang berawal dengan huruf tertentu. Awalan meng- dan peng- berubah menjadi menge- dan penge- jika dirangkaikan dengan kata dasar yang hanya terdiri atas satu suku kata. Huruf /k/, /p/, /t/, dan /s/ pada gugus konsonan tersebut tidak luluh apabila mendapat imbuhan, baik meng- maupun peng-, kecuali huruf awal /p/ jika mendapat imbuhan peng-.
Unsur -isasi yang sering digunakan dalam bahasa Indonesia berasal dari -isatie (Belanda) atau -ization (Inggris). Imbuhan itu sebenarnya tidak diserap ke dalam bahasa Indonesia. Meskipun demikian, imbuhan itu ada dalam pemakaian bahasa kita karena diserap secara bersama-sama dengan bentuk dasarnya. Contoh: modernization --- modernisasi. Imbuhan asing -wan dan -man berasal dari bahasa Sanskerta. Kehadiran imbuhan itu telah diterima di dalam bahasa Indonesia sebagai bentuk kata yang menyatakan 'orang'. Contoh: seniman, karyawan, wartawan. Penggunaan kedua imbuhan tersebut sebenarnya dalam pengertian netral, tidak membedakan jenis kelamin. Sungguhpun demikian, ada kecenderungan pemakai bahasa menggunakan -man dan -wan sebagai penanda jenis kelamin laki-laki, sedangkan jenis kelamin wanita dinyatakan dengan imbuhan -wati. Hal tersebut memunculkan bentukan kata seniwati, karyawati, wartawati.
Eufemisme adalah kata atau ungkapan yang dirasa lebih halus untuk menggantikan kata atau ungkapan yang dirasa kasar, vulgar, dan tidak sopan. Misalnya: bodoh --- kurang pandai, miskin --- kurang mampu, dsb. Namun, pemakai bahasa tidak seharusnya terjebak pada penggunaan eufemisme yang terkesan menyembunyikan fakta. Misalnya: ditangkap polisi --- diamankan polisi, harganya dinaikkan --- harganya disesuaikan.
Ungkapan dan lain-lain, dan sebagainya, dan seterusnya sebaiknya tidak digunakan secara sembarangan. Ungkapan 'dan lain-lain' digunakan untuk mengungkapkan perincian lebih lanjut yang sifatnya berbeda-beda. Misalnya: Peralatan yang diperlukan dalam kegiatan tersebut adalah bolpoin, komputer, tas, dan lain-lain. Ungkapan 'dan sebagainya' digunakan untuk mengungkapkan perincian lebih lanjut yang sifatnya mirip atau sejenis. Misalnya: Jenis-jenis logam itu adalah emas, perak, timah, dan sebagainya. Ungkapan 'dan seterusnya' digunakan untuk mengungkapkan perincian lebih lanjut yang sifatnya berurutan. Misalnya: Bagian yang harus dibaca pada buku itu adalah BAB I, BAB II, BAB III, dan seterusnya.
Idiom adalah dua kata atau lebih yang maknanya tidak dapat dijabarkan dari makna unsur-unsur pembentuknya. Misalnya, banting tulang, kambing hitam, naik daun, kembang desa, mata keranjang, dan sebagainya. Ketika akan menggunakan suatu kata, pemakai bahasa harus mempertimbangkan apakah kata-kata yang akan digunakan itu layak pada zaman tertentu atau tidak. Contoh: ganyang, antek, kelompencapir, anjangsana, ABRI masuk desa --- hanya layak digunakan pada zamannya. Kata jam dan pukul - sering dikacaukan pemakaiannya. Kata jam digunakan untuk menyatakan makna 'durasi atau jangka waktu', 'arloji', atau 'alat penunjuk waktu'. Adapun, kata pukul menyatakan 'waktu atau saat'. Contoh:
Mereka akan berangkat pukul 09.30.
Para pekerja di Indonesia rata-rata bekerja selama delapan jam sehari.
Rabu, 12 April 2023
PELIK-PELIK MONOGRAFI
HIDUP SEKALI, BERARTI, LALU MATI
![]() |
Sumber: Dokumentasi Pribadi |
Alhamdulillah. Selesai lagi buku dari Ahmad Rifa'i Rif'an. Seperti biasa, bahasannya ringan dan random 😀 Walau ditata dalam tiga bagian: Hidup Sekali, Berarti, Lalu Mati, secara umum substansinya acak. Well, tetap kuselesaikan baca karena mayoritas bahasannya relate dengan keseharian. Beberapa kutipan yang ter-notice,
Bagian Pertama
Hidup adalah untuk memberi sebanyak-banyaknya, dan bukan menerima sebanyak-banyaknya. Berlombalah dalam kebaikan. Let's make a life not just a living!
Jadilah dirimu sendiri, menjadi pribadi yang tidak letih memperbaiki diri. Jangan sombong dengan kelebihanmu. Jangan malu dengan kekuranganmu. Tuhan tidak pernah salah memberi. Husnudzonlah pada Tuhan.
Kerumitan itu hanyalah persepsi yang kita ciptakan sendiri. Kebingungan kita tidak akan memperkecil bobot masalah itu. Terkadang, ada yang fokus pada masalahnya, bukan pada solusinya. Dekatilah sang penentu sukses kita!
Kita: kalau doa kayak orator, menilai sesama kayak auditor, sedangkan diri sendiri tak pernah dimonitor. Orang sukses adalah orang yang selalu kelebihan cara. Sementara orang gagal adalah orang yang kelebihan dalih. Kalau ada kemauan, kemampuan akan mengikuti.
Bagian Kedua
Betapa bahagianya ketika penilaian diri merasa rendah, dalam penilaian orang dianggap tengah-tengah, tapi di sisi Allah jadi yang paling mulia. Manusia yang hebat adalah mereka yang telah berhasil menghebatkan orang lain. Orang sukses adalah orang yang gemar menyukseskan pribadi lain.
Ada banyak pilihan yang bisa kita ambil ketika menghadapi orang yang melukai jiwa. Kita bisa menyimpan dendam di dalam dada, atau memilih untuk menjadi pribadi pemaaf yang melepas segala kesalahan yang dilakukan orang pada diri kita. I am the captain of my soul.
Kejujuran itu mencerminkan hampir keseluruhan akhlak 💚
Bagian Ketiga
Jiwa yang tenteram takpunya banyak ambisi keduniaan. Hatinya tenang dalam kesederhanaan. Hidup kita menjadi tidak lagi berpanjang angan dan neko-neko. Takut pada kematian adalah kebodohan akal. Sikap yang tepat bukanlah menakutkan kehadirannya, tapi bagaimana mempersiapkan kematian dengan indah. Husnul khatimah adalah dambaan semua muslim yang mengerti tentang makna kematian yang indah.
Sabtu, 08 April 2023
GIVING IS BLESSING
![]() |
Sumber: https://zhanglab.c2b2.columbia.edu/index.php/Giving |
Selang beberapa menit menunggu, saya melihat-lihat situasi sekitar gerbang. Lalu lalang para OTM yang menjemput cukup frekuentatif. Beberapa OTM ada yang membawakan koper, ada yang sambil memanggul kasur lipat, menenteng bantal, ada pula yang sambil ngempit piala. Hmmm... mungkin anaknya baru saja memang lomba atau dapat apresiasi dari penyelenggara acara. Alhamdulillah, ikut bahagia melihatnya :) Salah satu OTM yang keluar gerbang berikutnya adalah seorang ibu dengan rambut dicepol, terlihat apa adanya seperti biasa karena memang saya beberapa kali bertemu dengan beliau. Kami tidak saling kenal dekat, tetapi cukup tahu beliau OTM salah satu teman Kak Kinash sejak dari TK :) Tidak lama kemudian, turut muncul di belakang beliau, bapak berkacamata, dengan tinggi sepantaran. Iya, beliau suaminya. Beberapa kali saat acara kumpul OTM, beliau hadir bersama pula, tidak cukup asing bagi saya.
Perhatian saya masih terus berlanjut, sambil sesekali melongok ke dalam karena ayah dan Kak Kinash belum muncul juga, mungkin masih mengemas barang-barang. Suami-istri ini kulihat melongok random ke beberapa arah. Seperti mencari-cari sesuatu atau seseorang. Tak berapa lama, dari arah belakang mobil saya, seorang satpam berlari kecil. Bapak paruh baya berkacamata itu terlihat mengeluarkan amplop putih dari saku celana, menempelkan pada tangan pak satpam, dan berucap singkat. Entah apa yang beliau sampaikan, setelahnya kulihat pak satpam sedikit membungkukkan badan sambil berucap singkat pula. Hmmm... bisa jadi semacam ucapan terima kasih atas pemberian. Rasanya seketika cleeeees di hati. Turut senang. Nggak peduli apa yang diberikan, berapa, untuk apa, dsb. Saya lebih fokus pada bersyukur ada yang berkenan berbagi, bersyukur karena bisa jadi ada yang terbantu.
Rabu, 30 November 2022
UPAYA MEMBANGUN READING ROLE MODEL MELALUI PENDAMPINGAN PRAKTIK MEMBACA NYARING (READ ALOUD) MENGGUNAKAN CREATIVE COMMONS LISENCE-BOOKS
Jumat, 25 November 2022
1W1P: TANTANGAN, TERTANTANG, MENANTANG
![]() |
Sumber Foto: tokopedia.com |
Alhamdulillah. Akhirnya sampai juga
pada periode terakhir tantangan 1 week 1 post-nya komunitas
Gandjel Rel Semarang (Gres). Pertama kali tahu info program ini dari grup WA
anggota. Kupikir “seru juga nih tantangan”, mengingat ada waktu yang harus
disisihkan untuk menulis, walau tidak sibuk sekali dan tidak selalu tahu banyak
hal. Tanpa pikir panjang, langsung klik tautan untuk gabung dalam second
line grup WA komunitas, khusus untuk program ini. Beberapa teman Gres turut
serta pula walaupun tidak semua. Berada dalam lingkungan yang positif, kuyakini
turut mengiringku ke arah positif pula. Begitu masuk dalam grup, penjelasan
dari admin grup yang cukup instruktif dan sangat jelas amat membantuku memahami
aturan dan ketentuan yang kemudian menjadi kesepakatan.
Menurutku
dari sekian banyak aturan dan ketentuan, yang terseru adalah ketentuan tema
yang diberikan setiap akhir pekan dan aturan mendapatkan poin dari setiap
tantangan menulis yang tertuntaskan. Huhuhu, awalnya aku memahami pelan-pelan,
mengira-ngira kemampuan, dan langsung tancap gas mulai tertantang
menaklukkan. Aku masih ingat periode pertama bertema “Kanjuruhan”. Saat itu,
tema ini sedang hangat dibicarakan. Namanya saja tema, tentu saja cakupannya
luas dan besar. Aku memilih mengambil sudut pandang dari sisi penonton
anak-anak yang turut banyak menjadi korban. Selesai periode pertama,
periode-periode berikutnya bisa kuselesaikan walau beberapa mepet dengan
tenggat waktu pada akhir pekan.
Dari delapan tema yang dilempar, buatku satu tema termudah adalah buku favorit. Relatif mudah karena aku bisa mengeksplorasi dengan cepat hal apa yang akan menjadi bahan tulisan. Well, termudah ya cerita saja buku yang saat itu sedang kubaca. Buku “Mindset”-nya Carol S Dweck lah yang kemudian kena sorot untuk diulas pada bagian-bagian awal yang telah tuntas kubaca sebelumnya. Bagiku, tema yang paling menantang adalah tema periode 7: “kebaya merah”. Walau bebas, anggapan yang dominan muncul di pikiran tentu terkait kasus viral konten dewasa yang diperankan wanita muda berkebaya merah. Aku tidak terlalu mengikuti kasus tersebut, sekilas saja membaca beberapa headline koran yang mengangkat kasus tersebut. Nah, di sinilah upaya untuk mendapat bahan tulisan, eksplorasi angle, dan penentuan akhir dibutuhkan. Aku coba membaca beberapa referensi terkait pornografi yang terfokus pada dampak bagi anak, kemudian memutuskan untuk menuliskan tips sederhana terkait upaya preventif yang bisa dilakukan orang tua.
Wuuuh… selesai walau tidak terlalu
puas dengan keseluruhan tulisan, tetapi membaca delapan tulisan nangkring di
beranda laman pribadi setiap minggu adalah sebuah pencapaian. Terima kasih
wahai tim GR atas program ini. Mari berlanjut! 😊
#1W1P
#GandjelRel
Kamis, 24 November 2022
PREVENTIF ATAS KONTEN SENSITIF
![]() |
Sumber Foto: Dokumentasi Pribadi |
Beberapa minggu lalu, jagad Twitter
dihebohkan dengan kemunculan konten bertajuk “kebaya merah”. Selintas,
penggunaan diksi yang viral ini cukup provokatif bagi yang baru mendengar atau
membaca. Memang ada apa dengan kebaya merah? Begitu dominan respon awal yang
muncul. Setelah ditelusur lebih dalam, istilah ini dipakai untuk mendeskripsi
wanita dalam satu video berkonten dewasa yang mengenakan baju kebaya berwarna
merah. Tak ayal, cukup banyak yang terkecoh dengan istilah tersebut, tak
terkecuali pengguna Twitter yang masih remaja atau (bahkan) masih berusia di
bawah umur.
Banyak pihak, terutama orang tua tentu telah
mengupayakan berbagai cara agar anak-anak tidak terpapar konten-konten yang
demikian. Namun, kemerdekaan akses dan minimnya pendampingan saat anak-anak
berselancar (searching), kadang menjadi pembuka kran atas akses
konten-konten tersebut. Apalagi, penggunaan istilah yang mendukung viralitas
konten juga tidak dapat selalu ditebak. Makin provokatif, makin intimidatif
untuk membunuh rasa penasaran. Selain itu, tidak dapat dipungkiri, pendampingan
maksimal tentu hal yang mustahil ketika orang tua atau orang dewasa di sekitar
anak harus bekerja serta beraktivitas lain pula. Pun, anak-anak tidak selalu
mengakses keseluruhan konten dengan perangkat atau jaringan internet di rumah.
Beberapa
praktisi dalam berbagai bidang, seperti bidang pengasuhan (parenting),
bidang literasi digital, bidang komunikasi memberi cukup banyak tips yang perlu
diupayakan orang tua dalam meminimilisasi dampak buruk akses terhadap
konten-konten yang belum sesuai usia anak. Upaya tersebut lebih mengarah kepada
upaya preventif, antara lain mengaktifkan google safesearch mode, screentime
mode, dan parenting controls mode. Aktivasi atas beberapa mode
yang tersedia tersebut tentu bukan tanpa konsekuensi. Namun, upaya perlu dicoba
daripada muncul penyesalan nanti.
Aktivitas
google safesearch mode dapat diaktifkan dengan melakukan pengaturan atas peramban
(browser) yang biasa digunakan oleh anak. Selain itu, mengaktifkan
penelusuran aman juga akan memberi level penggunaan yang lebih “bersih” bagi
anak. Keseluruhan perangkat perlu untuk dicek secara berkala oleh orang tua
untuk memastikan apakah pengaturan yang telah dilakukan masih berjalan.
Pengguna iPhones atau iPads dapat pula memanfaatkan fasilitas screentime
mode untuk mengendalikan penggunaan gawai atau tablet oleh anak.
Adapun fasilitas parenting controls mode, salah satunya memberi
penawaran untuk pemantauan penggunaan media sosial. Beberapa fitur-fitur
tersebut dapat dipelajari, disimulasi, dan diberdayakan oleh orang tua untuk
menunjang upaya preventif meminimalisasi paparan konten-konten sensitif bagi
anak.
#1W1P
#GandjelRel
Minggu, 13 November 2022
ANTUSIAS MENAPAK TILAS DENIAS
![]() |
Sumber Foto: http://pilea-eureka.blogspot.com/ |
Senang banget. Iya, begitu gambaran
perasaan ketika aku berada di dalam mobil jeep warna putih sore jelang petang hampir
15 tahun lalu. Mobil kekar itu membawaku dari Timika menuju Tembagapura, kota
di atasnya. Jalannya terjal menanjak di jalanan keras bebatuan khas pegunungan.
Aku yang duduk di bagian belakang terombang-ambing dan beberapa kali ingin
muntah, mual sekali. Sesekali aku melirik lewat jendela samping, wuuuh… awan
putih bersih bergumpal-gumpal ada tepat di sebelah kaca. Spontan aku nyeplos: “Kayak
di (film) Denias ya”, dan sopir jeep dengan lekas menyahut: “Kan memang shooting-nya
di sini”.
===
Denias kutonton sebelum berangkat ke Tembagapura tahun 2007 lalu. Aku menyetujui kontrak mengajar persiapan ujian akhir bagi para peserta didik SMP di bawah Yayasan Pendidikan Jayawijaya. Ada dua tim yang berangkat, satu tim bertugas di Mimika dan satu tim bertugas di Tembagapura. Aku masuk tim yang bertugas di Tembagapura. Sesuai briefing awal, aku mengajar di sebuah sekolah yang berada dalam area PT Freeport Indonesia. Yang kutahu kemudian, Denias diangkat dari kisah nyata seorang anak bernama Janias, yang merupakan alumnus sekolah tempatku bertugas. Bahkan, banyak guru-guru sejawatku di sekolah tersebut yang terlibat sebagai cameo.
===
Alam Papua yang menakjubkan adalah
visual yang terekam kuat dalam ingatan begitu rampung menonton film Denias.
Selain hal itu, kisah perjuangan seorang anak daerah dengan setting
sekolah, kostum khas, kondisi masyarakat sekitar sungguh memberi wawasan baru
buatku. Denias ada dalam daftar ingatan awal yang muncul ketika aku ditanya: “Apa
film favoritmu?” Bersyukur sekali, aku berkesempatan mengunjungi, menikmati,
menghirup udara Papua, yang sebelumnya hanya kulihat di dalam film Denias. Aku
tak mengerti detail mengenai kesenjangan atau politik kepentingan yang muncul
di sana, tetapi aku menyaksikan bagaimana masyarakat asli tetap mempertahankan
kekhasan yang dimilikinya. Beberapa kekhasan tersebut tercermin kuat pada
beberapa peserta didikku pula. Kekhasan tersebut antara lain nama diri, pemertahanan
bahasa asli dalam komunikasi sehari-hari, noken yang senantiasa menemani, dsb.
Semoga, suatu hari nanti bisa berkunjung ke sana lagi.
#1W1P
#GandjelRel
CRITICAL ELEVEN
Sumber: Dokumentasi Pribadi Kita punya sekelumit bagian dari hidup yang bisa melumpuhkan kita seketika, tanpa aba-aba (p.310)

-
“Teknologi memberikan potensi kepada kehidupan untuk berkembang seperti yang belum pernah terjadi sebelumnya – atau untuk menghancurkan diri...
-
Sumber: Dokumentasi Pribadi Membaca buku ini sebanding dengan menyimak percakapan seorang pemuda dan filsuf yang ditemuinya. Pembaca diper...