Minggu, 26 April 2009

CERNAK - SEPEDA HELENA



Matahari sudah beranjak naik ketika Helena dengan terburu-buru keluar dari kamar mandi. Penyebabnya apalagi kalau bukan bangun kesiangan. Dengan cepat dia meraih baju seragam yang terletak pada gantungan baju di belakang pintu kamarnya. Seragam merah putih itu dengan tergesa-gesa dikenakan sambil sesekali melirik jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 06.45. Berarti Helena cuma punya waktu seperempat jam untuk sampai di sekolah apabila tidak ingin terlambat. Setelah selesai memakai sepatu, segera saja dia menyambar tas dan topi merahnya.
“Ma, Helen berangkat!” teriaknya sambil berlari ke belakang rumah, tempat sepedanya ditaruh.
“Sarapan dulu, Nak!” perintah mamanya.
“Udah mau telat nih!” katanya sambil bersiap menaiki sepeda mininya.
“Hati-hati Nak!” teriak mamanya yang geleng-geleng kepala melihat anak kesayangannya itu melesat secepat kilat menuju sekolahnya.
Helena mengayuh sepedanya sekuat tenaga, di kepalanya terbayang jam pelajaran pertama hari ini adalah pelajaran matematika. Dia tidak ingin terlambat mengikuti pelajaran favoritnya itu. Sementara dalam hati, dia sangat menyesal karena tadi malam tidak menghiraukan perintah mama untuk segera tidur. Helena malah asyik nonton acara musik di televisi hingga pukul 21.00, akibatnya pukul 06.30 dia baru bisa membuka matanya setelah beberapa kali dibangunkan mama.
Helena tiba di gerbang sekolah bersamaan dengan bunyi bel tanda pelajaran akan segera dimulai. Dia agak panik dan segera memasuki halaman sekolah yang ramai oleh anak-anak lainnya yang berlarian menuju kelas. Tiba-tiba Helena berhenti di bawah pohon mangga di sebelah kelasnya. Dia memarkir sepedanya di bawah pohon mangga dan segera masuk ke dalam kelas. Padahal di sekolah Helena sudah disediakan tempat sepeda siswa yang terletak di bagian belakang gedung sekolah.
Pukul 12.15 bel berbunyi tanda pelajaran usai. Siswa-siswa berhamburan keluar dari kelasnya. Ada anak yang langsung berlari ke gedung sekolah karena sudah ditunggu orangtua yang datang menjemput, adapula yang berlari ke belakang gedung sekolah untuk mengambil sepeda dan segera pulang. Berbeda dengan teman-temannya, Helena berjalan santai menuju sepeda yang diparkirnya di bawah pohon, sambil berpikir bahwa parkir di bawah pohon lebih enak daripada di tempat sepeda karena tidak perlu berdesak-desakan saat mengambilnya setelah bel tanda pulang berbunyi.
“Aaaagggghhhhh...” tiba-tiba Helena menjerit. Teman-temannya yang kebetulan lewat di sekitarnya menoleh mendengar jeritannya.
“Ada-apa...ada apa...” tanya teman-temannya hampir bersamaan sambil berlari menuju Helena yang berdiri dengan muka pucat.
“It...itu...itu...” kata Helena ketakutan sambil menunjuk-nunjuk sepedanya. Ternyata ada dua ulat berbulu yang menempel di sadel dan stang sepedanya. Mungkin ulat itu jatuh dari pohon ke sepeda Helena yang diparkir di bawahnya.
Untung ada kakak kelasnya yang membantu membuang ulat itu dengan sebatang kayu. Helena pun lega dan berjanji akan mematuhi peraturan dengan memarkir sepedanya di tempat yang seharusnya. Sambil mengayuh sepedanya menuju rumah, Helena juga berjanji tidak akan tidur terlalu malam lagi agar pagi harinya tidak bangun kesiangan sehingga tidak tergesa-gesa berangkat ke sekolah.

Penulis: Santi Utami

dimuat di harian SOLOPOS '2008

3 komentar:

  1. wah,...lucu juga ceritanya bu,,, diperbanyak lagi ya bi ceriata lucunya...ana

    BalasHapus
  2. wah, lucu juga ceritanya,,, di tambah lagi ya bu cerita lucunya...ana

    BalasHapus
  3. Hehe...tuh true story sih, jadi buatnya agak gampang, kalo suruh berimajinasi agak sulit juga sih...

    BalasHapus

KULIAH PAKAR ADOBSI