Writers need goals!
“Menulislah untuk memberi manfaat kepada
sesama”.
Begitu kira-kira pesan yang disampaikan oleh
Dian Nafi, narasumber pertama, dalam acara Sharing
kepenulisan yang kuikuti hari ini (7/12). Pesan yang simpel, namun bermakna
mendalam! Mengapa begitu teringang? Menurutku, inilah tujuan ter-esensial dari
aktivitas menulis yang sering terpinggirkan! Bolehlah hanya sekadar menumpahkan
unek-unek, mengisi daftar isian blog,
mengejar hadiah lomba, show up untuk
meng-eksiskan diri, atau bahkan menjadikannya sebagai pekerjaan utama. Namun,
kalau bisa sekaligus memberi kebermanfaatan untuk sesama, mengapa tidak? Writers need goals! So, mari niatkan hal baik tersebut setiap memulai menulis. Bukankah
semua hal dinilai dari niatnya? hehe.
Dalam sesi writerpreneur
ini, Dian juga menyampaikan bahwa menjadi penulis bukan berarti nyemplung dalam satu “kotak” saja.
Namun, aktivitas menulis juga bisa menjadi tiket menuju “kotak” berikutnya,
misal menjadi narasumber-pembicara dalam talkshow,
workshop, dan diskusi-diskusi
kepenulisan. Mengapa butuh “kotak” yang pertama dulu? Karena Jarkoni (iso ujar ning ora iso nglakoni) adalah
sesuatu yang wajib dihindari. Hakikatnya audiens akan butuh bukti konkrit daripada
hanya serangkaian teori menulis ataupun sekadar bagi-bagi pengalaman saja (self reminder, hehe). Selain itu, penulis
buku Matahari Mata Hati ini juga memberikan beberapa tips, misal: #Untuk
mencegah atau mengurai kemacetan dalam proses penulisan, sebaiknya penulis
mengerjakan proses penulisan “satu-satu”. Bila muncul ide lain saat penulisan 1
produk, simpan saja dulu di “bank ide” (kalau ini tambahan darikyuu, hehe). #Impian
agar tulisan kita diterbitkan oleh penerbit major ada baiknya kita “peluk” erat
(weits!). Namun dalam masa “belajar” ini, bolehlah idealism itu kita simpan
rapi dulu. Ada banyak tuh penerbit indie yang siap nerima karya kita. Eh, tapi
silakan lho ya kalau ingin coba tawarkan dulu ke Gramed (haha, langsung
tembak!), karena pada beberapa kesempatan ada yang disebut dengan -keberuntungan
penulis pemula-. Yupsss!
Acara ini merupakan rangkaian dari kegiatan Semarang
Islamic Fair yang diadakan di pelataran Masjid Baiturahman, kawasan Simpang
Lima Semarang. Beberapa sesi dijadwalkan dalam acara ini, namun hanya tiga sesi
yang terlaksana. Sesi kedua, diisi dengan tips penulisan Gado-Gado. Awalnya aku
kurang ‘ngeh’ juga, apaan sih Goda-Goda… eh Gado-Gado? Setelah menyimak share dari Archa Bella, narasumber
kedua, baru teuu kalau itu salah satu tulisan di majalah Femina, yaaa semacam salah
satu rubrik gitu. Maklum, tidak pernah ‘pegang’ Femina, bacaanku Trubus mlulu,
haha. Penasaran, pulang dari acara ini kusempatkan ke Gramedia Pandanaran,
kubuka tuh Femina (seperti biasa, gratisan, hehe), kubaca sebentarrr! Jebul sejenis rubrik Setetes Embun-nya
Kartini gitu. Rubrik ini berisi pengalaman yang inspiring, namun disajikan se-simpel mungkin, wajib true story, ada catcher-nya, bla bla bla. Yepsss, kucoba deh kapan-kapan. Kisah
siapa yang mau kutulis ya? Entar deh, nyari! hihi.
Jelang azan Dzuhur sesi ketiga dimulai. Sesi copywriter. Menarik! Bukan karena
sesuatu yang baru buatku, namun lebih karena sharing langsung dari Wuri Nugraeni. Ibu menyusui ini (hihi…
semangat ngASI eksklusif, mb!) ialah copywriter
untuk beberapa perusahaan. Beliau memberi penjelasan mengenai karakter dari tulisan
“berbau” iklan ini. So, beneran hanya “berbau”? yups, karena jenis ini butuh narasi
simpel namun provokatif, artinya ‘bau’ content
ng-iklannya terselip diantara cerita itu. Berarti sejenis persuasi yang
samar-samar gitu ya, mb? hehe. Kekknya perlu belajar lebih dalam soal ini. Well, buku keren ‘copywriter’-nya
Budiman Hakim sudah di tangan, menunggu eksekusi.
Yaps, sekiannnn review singkat acara yang di-back
up komunitas IIDN (Ibu-ibu Doyan Nulis) Semarang ini. Ditunggu kopdar seruuu
berikutnya ya embaks-emaks. Then, ada
satu pernyataan bahwa yang paling sulit dari aktivitas menulis adalah MEMULAI!
(maaf, aku lupa pendapatnya siapa, haha... tapi ada di buku “Menulis itu Genius”
– terjemahan Roland Fishman). Hmmm… feel
the fear… karena draft pertama itu pasti ora karuan! Tenang, it’s oke
wae (kata Jupe, haha). Tulisan itu bukan sesuatu yang sakral, jadi wajar saja
kalau diubah. Walaupun editing itu
kadang menyakitkan dan menggemaskan, haha. So
guys, tunggu apa lagi? Write to a
schedule. Kembali pada tujuan, menjadi dermawan lewat tulisan!
Komentar
Posting Komentar