-KANYA SAMADYANING RAYA-
Alhamdulillah…
begitu bius mulai meresap, rasanya sudah merdeka… sudah pasrah saja… pejam mata
dan doa…
**************************************
Benar. Perempuan
identik dengan pertanyaan “kapan?”… ditanya kapan lulus? kapan nikah? kapan
hamil? kapan hamil (lagi, hahaha)… dan sudah hamil anak kedua pun tetap dikejar
tanya “kapan lahiran?” Kkkkkkkkkkk…
Pertanyaan
terakhir itu yang lebih mengiringi momen lahirnya Raya (demikian Kami memanggilnya). Belum mencapai HPL sih, malah
nyaris tepat HPL dari dokter. Namun sejak 3 minggu sebelumnya dokter wanti-wanti untuk bersiap, maka setiap
ditanya teman dan kerabat, jawabanku “insyaallah segera”. Wajar, namun jawaban
itu pula yang memicu ke-baper-an tingkat dewa.
Semacam rasa
stres: “Kok belum kontraksi juga ya?”; “Ini beneran tidak perlu obat pacu?”; “Senam
hamilnya kurang lama apa ya?”; atau komentar “Duh, belum lahiran (juga) ya?”
tanya ibu-ibu perumahan yang kemarin dan kemarin lusanya lagi kuberi jawaban
yang sama dari pertanyaan yang sama pula, hehehe… atau ibu penjual sayur yang
tak pernah absen usap-usap perut saking besarnya :); belum lagi
satpam perumahan yang ikut usil: “Buuu, tarik nafasssss, tahan sebentaaar….” hihhhhh;
sampai simbah yang nongkrong di warung langganan berujar mantap sambil
memandang lekat: “Ndhuk, iku lahire sesuk
isuk…”. Aku dan suami serempak “aamiin…”, dalam hati senang, minimal ada
yang mendukung jawaban “insyaallah segera” yang sudah ter-proklamirkan :)
12 September,
Yakin, perut
mulai bereaksi. Masih (sok) santai walau pringas-pringis
sendirian di kamar. Terpikir ilmu hypnobirthing
warisan persalinan pertama untuk mulai diterapkan: GAGAL! Imajinasinya terlalu
ngeri, hahaha. Pengalaman induksi saat melahirkan Kinash, terus terang bukan
hal yang nyaman untuk disimpan lama-lama dalam ingatan. Belum menyerah, coba
lagi. Masih sempat menidurkan Kinash, minta dipeluk, (sok) bergumam-gumam
menyanyikan nina bobo’ padahal perut mulai terasa kaku, teratur waktu dan
durasi, jelas mulai kontraksi!
Begitu
Kinash angler, langsung mantap minta
diantar ke RS. Tas perbekalan sudah siap sejak 3 minggu yang lalu, tinggal
angkat. Nitip beberapa pesan ke budhe yang momong untuk menemani Kinash, masih
sempat riweh: mulai bekal Kinash besok paginya, tolong antar sekolah - pesan Gojek,
tidak perlu ikut daycare dulu, urusin
kiriman kurir jatah extrafeeding September, wanti-wanti
jaga kondisi Kinash karena mau imunisasi MR, sampai minta diambilkan beberapa
potong brownies (mikir di perjalanan masih bisa makan-makan, hulalalala, mengakhiri diet karbo yang
sudah cukup ‘menguras hati’ 3 minggu full…
dudududu)
Sampai
Roemani, pembukaan 3. Masih sempat telepon mbah Uti, kasih kabar, mohon doa.
Begitu sampai bangsal perawatan, tak banyak yang bisa dilakukan selain menunggu
pembukaan sempurna. Dannn… aku jelas tahu benar, sakitnya menuju level 10 itu
akan terulang… ada tempo dan alokasi waktu yang dipastikan cukup lama untuk sampai
paripurna. Masih bertahan (walau sudah tidak bisa sok calm lagi, :)). Coba memotivasi diri sendiri: Ah, sudah bukaan 3 sebentar lagi; come on Santi, kamu kan udah berjuang
diet karbo (padahal donut tabur gula-nya Dunkin itu enyak, es teller-nya bakso
kumis nan segeeeeer dah terlanjur dihindari lho, nasi lemak penang depan Wonder
aja mbok tolak kan kemarin, ayolah…
tahan dulu, habis itu makan deh
sepuasnya, :)). Perjuangan “menurunkan” BB baby teringat
lagi, mulai dari 3.8 menjadi 3.4 menjadi 3.7 menjadi 3.9 menjadi 4.4 (hahaha,
rekor yang tak menyenangkan). Hanya 1 ucapan dokter yang masih kupegang: “Kalau
kontraksi bisa di bawah 4kg, saya masih bisa usahakan persalinan normal”. Jreeeeng,
begitu dicek akhir 3.8 kg, berarti bisa “diusahakan”. Malam rasanya sungguh lambat.
Reaksi perut makin menguat. Istighfar. Keringat deras dan kaki tangan kebas.
13 September,
13 jam. Yaps,
pembukaan 10. Maksimal. Air ketuban pecah manual, perut menggantung, posisi baby mulai berubah, dagu terangkat, dan
rahim mendesak. SC? Aku dan suami mengangguk cepat! Dokter masih sempat meluruhkan
emosi, mengapresiasi, lalu bergegas ke ruang operasi. Tidak sempat kecewa lama,
yang terpikir adalah risiko bila mengambil keputusan terlalu lama atau ngeyel dengan tawaran yang ada. Kata
suami: “Kita ‘damai’ saja!” sambil menghadiahi 2 jempol, buru-buru tanda tangan
persetujuan keluarga.
Begitu pintu
ruang bedah ditutup, dejavu tontonan serial ER saat kecil dulu :). Mata boleh
terpejam, tapi aku memastikan semua perawat bersiap dan menyiapkan segala
sesuatu sesuai bagiannya… ada yang sesekali guyonan,
melepas ketegangan, lumayan (ya, keadaan apapun, anggap saja lumayannnnn :)).
Sayup-sayup sambil masih teriak peringisan (karena kontraksi masih jalan),
seorang perawat mengatakan “siapp, Dok!”. Aku membayangkan 3 dokter yang
menangani: dokter kandungan, dokter anestesi, dan dokter anak serempak
membenahi sarung tangan (eitsss… ini drama bangets). Mata mulai layu, bius
sudah tembus.
Buka mata.
Suara “krek… krek…” masih sempat terdengar. Bius ulang. Lelap. Selang beberapa
menit setelah membuka mata, suster mengendong baby dengan suara kenes-nya “Ibu, ini baby-nya, cium dulu dong!”.
Rasanya “nyesssssss”, Alhamdulillah. Ia, beranjak pergi membawa baby menuju
ruang tunggu untuk di-azan-i ayahnya dan bertemu mbah Uti. Saat Inisiasi
Menyusui Dini (IMD), lekatnya kulit kami, kusertai dengan doa baik yang
beruntun tak henti. Semoga salihah, itu yang paling pasti.
25 September,
Karena nama
adalah doa. Setiap memanggilnya kelak, doa berulang turut terpanjatkan kembali.
Kami sematkan kata Samadya yang
artinya sederhana; secukupnya; apa adanya. Ingat pitutur orang tua urip iku
sing samadya wae, udinen katentreman njaba-njero :).
Kanya ialah perempuan; Virgo, secara
astrologi menandakan ia yang lahir antara tanggal 23 Agustus – 22 September.
Adapun Raya dapat diartikan besar
dalam perspektif manfaat keberadaannya kelak. Doa kami Kanya Samadyaning Raya ialah representasi seorang perempuan
sederhana yang memberi manfaat besar bagi orang-orang di sekitarnya. Aamiin.
***************************
There is no such thing as a perfect parent, so
just be a real one (- Sue
Atkins). Belajar lebih sabar, sabar, sabar, dan sabar :).
Nggak capek? dalam ilmu parenting --- If you’re not tired, you’re not doing it right! hahaha.
Kradenan
Asri – C1
*Kelak,
semoga Ia membaca catatan Mamanya ini dengan bahagia – #ketjup sayang :)
Sebuah catatan yg indah.. insya Allah ananda kelak akan berterima kasih atas catatan kasih ini..
BalasHapusAamiin, semoga. Terima kasih mb Mechta.
HapusNamanya unik mbak. Berasal dari bahasa apa ya, Mbak? Semoga dek Raya tumbuh menjadi wanita cerdas, berakhlak mulia, dan Sholehah tentunya. Aamiin...
BalasHapusBahasanya campuran ini, mb :)
HapusAamiin, terima kasih.
Masyaallah, perjuangan seorang ibu, ya. Menunggu hingga pembukaan 10 akhirnya dibedah juga. Semoga menjadi anak yang salihah dan sehat selalu.
BalasHapusIya mb :)
HapusAamiin, terima kasih.
MasyaAllah, Alhamdulillah.. Turut berbahagia, Mbak. Semoga kami pejuang dua garis juga diizinkan untuk merasakan nikmat dan berkahnya hamil dan melahirkan :)
BalasHapusTerima kasih, mb.
HapusAamiin, semoga Allah memberi yang terbaik untuk mb Sovi dan keluarga.
Aku malah fokus alamat kradenan asri di sampangan mbak.. Aku punya saudara di sana di taman kradenan asri blok E. Selamat ya mbak, atas kelahiran ananda. Berkah untuk keluarga.. Aamiin
BalasHapusSudah pindah sekarang mb :)
HapusAamiin. Terima kasih.
Jadi terharu bacanya mbak, proses kelahiran memang spesial banget..namanya juga apik banget dan kaya makna..selamat ya mba..
BalasHapusTerima kasih, mb Dew :)
HapusDuh aku galfok ama cerita betapa enaknya es teler di bakso pak kumis. Iya semasa jayanya dulu aku favorit banget es telernya, hihiii
BalasHapusAlhamdulillah ya cerita kelahiran ananda menjadi memori yang teramat membahagiakan di tengah gempuran rasa sakit.
Lho, emang sekarang sudah kategori tidak berjaya ya mb? :)
HapusTerima kasih mb Wati.
MasyaAllah... Perjuangan ibu *peluuuuk.
BalasHapusPernah ngerasain diet karbo juga pas hamil anak kedua, dan yaaa gitu deh rasanya. Tahuuu banget ����
Barakallah,Raya..semoga tumbuh sehat cerdas shalihah ya Sayang. .��
Betul mb, rasanyaaaa gitu banget pokoknya ya :)
HapusAamiin, terima kasih.
Aamiin... semoga doa yang tersemat pada nama buah hati kelak akan menuntunnya menjadi apa yang diharapkan oleh orang tuanya. Semoga sehat selalu ya Nak. :*
BalasHapusAamiin. Terima kasih, mb Uniek.
HapusBarokallah mba San, bahagia banget duh baca cerita ini.
BalasHapusSuamiku juga sedang mendamba momongan, aku sedikasihnya aja sama Allah tetep posthink selalu Allah pasti kasih diwaktu yang tepat. Sehat terus adek Raya.
Aamiin, terima kasih. Yaps, insyaallah mb, terus ikhtiar dan sabar mb.
HapusNamanya bagus bgt sih, raya nanti klo lg pengen bandel kasih link ini aja mba biar baca ��
BalasHapusHahaha... okay mb :)
HapusNama yang indah dan sarat doa. Semoga si kecil sehat selalu. Aiihh tapi bayangin udah waktunya lairan tapi masih ngerjain ini itu sambil nahan kontraksi tuh super bangeedd...
BalasHapusAamiin, terima kasih.
HapusIyaaa, buat ngelupain rasa sakitnya mb :)