BERUMAH DI BUKU
Doc. Pribadi - FBS UNNES |
Yasss... hujan dan bacaan.
Salah satu koleksi -buku tentang buku- ini sudah lama kuintai lewat beberapa toko buku daring (online). Baru saat pameran buku Patjar Merah di Semarang kemarin nemu, baca backcover, masuk keranjang, bayar!
Selain coba meraup esensinya, modus lain untuk segera menuntaskan adalah mencermati pola nulis esai-nya mas Bandung Mawardi... dan asyik! 😊
By the way, baca kumpulan esai ini seperti membaca 25 buku lawas sekaligus. Sekali bungkus! Yaps, seluruh esai mengolah ihwal (buku) bacaan lawas yang ditemukan, dicecap, dan kemudian dilahap oleh penulisnya.
Proses "ditemukan" menjadi kekuatan tersendiri dalam tiap esai. Mengapa? Karena butuh feeling bin hati saat mengorek-orek diantara timbunan buku lawas lainnya di pasar loakan atau pedagang buku second-an.
Proses "dicecap" mengedepankan kuatnya indera penulis dalam mengendus berbagai variasi tema buku lawas yang dihadirkan: politik, sejarah, bahasa, musik, sastra, dan sosial. Pun, dalam beragam bentuk: biografi, kamus, referensi, buku teks, dan antologi.
Aku menenggarai, hanya orang yang berjiwa gandrung-isme terhadap buku sajalah yang mampu menjadi omnilegent! Yaaa... seperti penulis buku ini.
Hingga bagian ujung buku, aku mendapati simpulan: bahasan buku-buku lawas yang "sakral" itu ternyata masih relevan dengan kondisi sekarang. Ia menjadi semacam rumah ingatan yang menampung rangkaian sejarah masa silam.
Ada nostalgia yang ingin dibagikan, mulai dari sebangsa hikayat hingga stensilan. Buku lawas adalah pengabaran waktu. Dan... akan terus begitu!
Komentar
Posting Komentar