REORIENTASI MAJALAH SEKOLAH
Proses pembelajaran tidak hanya
dilaksanakan melalui kegiatan belajar mengajar (hardskill) saja, tetapi mesti
ditunjang pula dengan pengembangan softskill peserta didik. Salah satu
implementasi penunjang tersebut ialah kegiatan ekstrakurikuler. Setiap sekolah
memiliki kegiatan ekstrakurikuler yang beragam untuk kemudian ditawarkan kepada
peserta didik. Bersifat tawaran karena peserta didik memiliki kebebasan
menentukan pilihan. Beberapa yang ditawarkan, antara lain ekstrakurikuler bidang
olahraga, bidang musik, bidang kepemimpinan, hingga bidang jurnalistik. Pembinaan
kegiatan ekstrakurikuler bertujuan untuk mengembangkan kepribadian, bakat,
minat, dan kemampuan di bidang-bidang tersebut di bawah binaan guru pendamping.
Ekstrakurikuler jurnalistik menjadi salah
satu pilihan yang diminati peserta didik. Selain sebagai wadah pengembangan
minat, ekstrakurikuler ini juga dapat dimanfaatkan untuk menampung ekspresi
tulis, sinematografi, fotografi, dan ajang unjuk karya peserta didik. Wujud
luaran pembinaan ekstrakurikuler ini dapat berupa pameran foto-foto
jurnalistik, nonton bareng dan bedah karya hasil produksi video-video
jurnalistik, majalah dinding, dan majalah sekolah.
Beberapa dekade lalu, masih banyak sekolah
yang memfasilitasi ekstrakurikuler jurnalistik hingga penerbitan majalah
sekolah cetak berkembang baik. Selain untuk media publikasi, terbitan berkala
majalah sekolah juga dapat digunakan sebagai media komunikasi antarwarga
sekolah dan bahkan seluruh pemangku kepentingan (stakeholder) sekolah. Namun,
eksistensi majalah sekolah kian terancam kini.
Ya, tidak banyak majalah sekolah yang bisa
bertahan. Sebagian kecil memilih untuk mengurangi durasi terbit dan sebagian
besar lainnya mati suri atau sama sekali tidak terbit lagi. Pilihan pengurangan
durasi dilakukan untuk tetap memertahankan keberlangsungan terbitan majalah
sekolah. Beberapa majalah sekolah yang awalnya terbit bulanan, kemudian memutuskan
terbit triwulan, menjadi semesteran, hingga hanya setahun sekali, dan akhirnya
berhenti terbit.
Beberapa hal yang menjadi kendala, antara
lain (1) kurangnya pendanaan, untuk dapat menerbitkan majalah sekolah secara
kontinu memang memerlukan dana untuk mencetak, (2) kurangnya pengetahuan dan
kompetensi jurnalistik guru pendamping dan pengelola majalah sekolah, sehingga
tampilan dan konten terbitan majalah sekolah menjadi monoton dan terkesan kaku,
dan (3) format majalah sekolah cetak terkalahkan oleh paparan akses media
digital, sehingga peserta didik hanya membaca-baca sekilas saja dan lebih
dominan mengakses bacaan dalam format daring (online).
Pemertahanan
Eksistensi
Upaya pemertahanan eksistensi majalah
sekolah sudah pernah dilakukan, tetapi belum maksimal. Salah satu upaya yang
pernah dilakukan ialah melakukan kunjungan ke redaksi-redaksi media massa
regional. Kunjungan dimaksudkan untuk menambah kompetensi jurnalistik para
pengelola majalah sekolah dengan melihat langsung proses produksi majalah dari
proses pracetak hingga pendistribusian kepada pembaca. Selain itu, beberapa
sekolah juga pernah menghadirkan awak redaksi media massa profesional untuk me-review
dan memberi masukan pada terbitan majalah sekolah mereka. Namun, upaya tersebut
belum menampakkan hasil yang maksimal sehingga eksistensi majalah sekolah kian tenggelam.
Oleh karena itu, perlu telaah dan diskusi untuk mencari solusi yang tepat untuk
mengatasi.
Berdasar kendala yang ditemui, upaya yang
bisa dilakukan pertama, memproduksi majalah sekolah daring. Peralihan
orientasi dari majalah sekolah bentuk cetak ke format daring akan dapat menekan
biaya. Sebelumnya,
memproduksi majalah sekolah cetak membutuhkan biaya produksi yang cukup tinggi
untuk proses layout, desain sampul, dan utamanya percetakan. Dalam format
daring, biaya yang diperlukan bisa ditekan, berupa pembelian domain dan pendanaan
akses rutin. Bahkan, bila produksi majalah sekolah daring dimulai dari platform
sederhana seperti Blogspot atau Wordpress maka tidak perlu pembelian domain
atau gratis (Wintarto, 2019).
Bila akan menggunakan domain sendiri,
pendanaan hanya dibutuhkan untuk membeli domain pribadi di awal, lengkap dengan
hosting-nya dengan biaya yang sangat murah untuk saat ini. Untuk tahun
berikutnya, tinggal memperpanjang paket hosting-nya saja. Selain menekan
pendanaan, perubahan bentuk majalah sekolah daring juga akan membuka akses
pembaca yang lebih luas lagi. Format daring juga mendekatkan majalah sekolah
dengan generasi kini (peserta didik) yang lebih dominan mengakses gawai. Saat
masih dalam bentuk cetak, jumlah pembaca hanya terbatas pada jumlah eksemplar
yang dicetak oleh pihak sekolah saja.
Kedua, pengaturan
rubrikasi pada platform daring. Peralihan orientasi menjadi majalah sekolah
daring mesti dibarengi dan diimbangi dengan kompetensi jurnalistik daring para pengelolanya,
khususnya dalam pengaturan konten. Update kompetensi tersebut bersifat
mutlak sehingga hasil terbitan daring menjadi berbeda dan lebih menarik. Sebelumnya,
majalah sekolah versi cetak masih dibatasi jumlah halaman dan menggunakan
format rubrikasi yang kaku. Kini dalam format daring, konten majalah sekolah
perlu berbagai penyesuaian dengan mengedepankan rubrikasi sesuai platform daring.
Pengaturan rubrikasi konten majalah
sekolah bisa menjadi lebih luwes karena tidak ada pembatasan jumlah halaman.
Selain itu, pengelola majalah sekolah juga perlu belajar mengidentifikasi dan
mengevaluasi konten yang perlu dipertahankan dan yang perlu diubah berdasarkan
jumlah “kunjungan” pembaca. Dalam jangka panjang, majalah sekolah daring dapat pula
dirancang sebagai media yang mampu menangkap peluang komersialisasi, yang
sinergis dengan pewujudan jiwa kewirausahaan peserta didik.
Formula solusi tersebut diharapkan dapat
memberi andil dalam upaya pemertahanan eksistensi majalah sekolah. Eksistensi
yang kian terpuruk akan menutup akses majalah sekolah dan membawa beberapa
konsekuensi buruk, antara lain (1) menyempitnya wadah ekspresi tulis dan medium
publikasi karya peserta didik, (2) menumpulkan peran ekstrakurikuler
jurnalistik, dan (3) tertutupnya sarana komunikasi diantara warga sekolah,
pemangku kepentingan, dan masyarakat luar sekolah.
*Telah dipublikasikan di Harian Suara Merdeka, 4 September 2020
https://suaramerdeka.news/reorientasi-majalah-sekolah/
Komentar
Posting Komentar