![]() |
| Sumber: Dokumentasi Pribadi |
Alhamdulillah. Akhir bulan lalu, aku dan keluarga bisa menyempatkan waktu mengikuti kegiatan voluntrip, yang diinisiasi Lembaga Amil Zakat Solo Peduli dan Komunitas Mlipiria. Seperti namanya, agenda ini diadakan dengan format melakukan perjalanan, sekaligus menjadi volunter atau sukarelawan. Perjalanan dilakukan dengan menelusuri atau menjelajah Desa Samiran, di lereng Gunung Merapi-Merbabu, Kec. Selo, Boyolali. Adapun kegiatan volunter diwujudkan dengan menanam bibit kopi di beberapa titik seputaran desa tersebut. Kegiatan ini dibagi dalam 2 batch, kami mengikuti batch 1 pada Minggu pagi, 30 November lalu.
Kami sepakat berangkat H-1 sambil menikmati Selo terlebih dahulu. Menemukan penginapan di daerah ini tidak terlalu sulit, ada banyak homestay yang dikelola warga lokal, penginapan model waralaba, atau hotel-hotel skala nasional. Namun, kami tetap coba meminta rekomendasi panitia agar lebih efisien waktu saat menentukan. Setelah menghubungi beberapa penginapan, pilihan jatuh pada Luxcamp by Horison. Ada beberapa camp mungil yang disewakan, kami menempati Curve Camp bagian paling atas. Soal view? beneran Merapi seperti ditaruh di depan mata π
Kami sepakat berangkat H-1 sambil menikmati Selo terlebih dahulu. Menemukan penginapan di daerah ini tidak terlalu sulit, ada banyak homestay yang dikelola warga lokal, penginapan model waralaba, atau hotel-hotel skala nasional. Namun, kami tetap coba meminta rekomendasi panitia agar lebih efisien waktu saat menentukan. Setelah menghubungi beberapa penginapan, pilihan jatuh pada Luxcamp by Horison. Ada beberapa camp mungil yang disewakan, kami menempati Curve Camp bagian paling atas. Soal view? beneran Merapi seperti ditaruh di depan mata π
Paginya, kami bersiap mengikuti giat utama. Kami sempatkan sarapan dulu di sebelah lobi camp, tidak terlalu terburu-buru karena waktu cukup dan akan menyusul bila memang teman lain sudah mendahului ke titik pertama. Titik kumpul di pendapa desa sudah ditentukan panitia. Di sana kami disuguhi (lagi) sarapan berupa rebusan. Sayangnya, kami agak terlambat karena menunggu Raya, yang perlu waktu untuk mengumpulkan energi, karena bangun kesiangan, hahaha. Kami langsung menuju titik pertama, alhamdulillah. Teman-teman menyambut dengan baik, panitia pun ramah. Kami sarapan (lagi), hahaha, kali ini berupa jenang pati - bubur dari tepung pati kanji. Karena Kinash dan Raya masih kenyang, aku dan suami saja yang mengambil. Itupun cukup 1 piring berdua, takut tidak nyaman jalan bila perut terlalu penuh π
Pada titik pertama inilah, kami diberi bekal satu bibit kopi. Pendamping menyampaikan jenis bibit kopi ini, tetapi aku lupa π Kami mulai masuk ke area lahan tanam, perlahan-lahan karena jalan yang cukup sempit. Sesekali kami menyimak terlebih dahulu penjelasan pendamping, baik tentang cara tanam, perawatan yang selanjutnya akan dilakukan para petani kopi di sana, dan sedikit tentang kuantitas dan kualitas hasil panen yang biasa didapatkan. Kemudian, kami mulai berpencar, mencari titik tanam yang sudah disiapkan dan diberi tanda oleh panitia. Kinash dan Raya sangat excited sejak masuk area lahan tanam, hahaha, mungkin karena baru pertama dan cuaca sangat mendukung: teduh dan sejuk. Alhamdulillah ❤
Setelah proses tanam, kami menyusuri setiap liku Desa Samiran. Masyarakat dominan petani, baik kopi maupun sayuran, dengan dukungan lingkungan dan area yang subur. Jalan sekitar beberapa meter, kami mampir ke Jenar Kopi Merapi, salah satu industri kecil di desa tersebut. Kami diperlihatkan cara menumbuk hingga menjadi bubuk kopi siap seduh. Beberapa teman mencoba, hingga praktik seduh kopi pula. Di dalam rumah pemiliknya, panitia telah menyiapkan jamuan makan siang. Coba tebak menunya? sayur tumpang dan tempe bacem π tentu saja aku dan suami girang sekali, nemu menu yang otentik begitu, hahaha. Setelah makan, kami bersiap pamit. Eh, ternyata ada pack sayuran kami bisa bawa pulang. Segaaaar semua: tomat, buncis, dan wortel. Alhamdulilah (lagi) π
Kami jalan pelan ke camp kembali, beberes barang sebentar, dan checkout. Langsung pulang? tidak dong! Cari deh oleh-oleh khas daerah Samiran sebentar. Walau tertulis oleh-oleh, aslinya untuk kami makan sendiri sih, hahaha. Saat berangkat, kami melewati toko oleh-oleh yang cukup ramai pengunjung. Jadi, tidak pikir lama, kami menuju Omah Jadah Mbah Rubi. Aku memesan mix dalam 1 dus, plus beli enting-enting kacang. Oh, ternyata mix dalam 1 dus berisi: jadah srundeng, wajik, plus tempe dan tahu bacem. Walhasil kami jalan turun ke arah Semarang sambil cocol-cocol jadah ke sebungkus plastik serundeng π overall, aktivitas akhir pekan yang menyenangkan bagi kami. Happy, menikmati, dan kenyang sekaliiiii π
.jpeg)

.jpeg)
.jpeg)
.jpeg)
.jpeg)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar