Sabtu, 09 Desember 2023

PRIBADI-PRIBADI PEMBUKA CAKRAWALA

Sumber: Dokumentasi Pribadi


Buku ini ialah bagian dari serial biografi intelektual terbitan @bukukompas yang menyajikan 'significant person' di bidang pendidikan dan penelitian. Tokoh-tokoh kampus yang punya bobot 'human interest' menjadi kriteria seleksi.

Tentu saja... gaya penulisan jurnalistik sangat kental, cenderung berorientasi historiografi. Selayaknya pascabaca biografi, beberapa catatan penting mengenai jaringan kerja kampus dan 21 profil tokoh lintas geopolitik dengan pergulatan ilmiah masing-masing bisa ditemui. Beberapa nama tidak asing, Prof. Ir. Eko Budihardjo, M.Sc. dari UNDIP yang paling kukenali 😊 

Mereka mewakili idealisme ilmuwan yang membangun kontrol dari kedalaman diri, sekaligus mencoba tidak terpolusi oleh semangat egoistis. Perjalanan sarat ilmu dan pengalaman mereka akhirnya memang butuh dokumentasi tertulis seperti ini.

Rabu, 15 November 2023

-PURNATUGAS-

Sumber Foto: Dokumentasi Pribadi


"Assalamualaikum, Ibuuu..." 😄

Sapaku untuk Bu Prapti setiap masuk ruang perpustakaan @pascasarjana_unnes, tempatku nebeng 'bersemedi' sekitar 2-3 semester ini. Biasanya, seketika beliau akan mendongak, senyum berseri, dan sesekali rumpi pagi 😆

Dalam sebulan ini, entah sudah berapa kali beliau menambahkan kalimat "Wah, aku tinggal beberapa hari lagi ya bisa ketemu Mbak Santi..." pascajawab salamku. Iya, beberapa hari ini beliau akan mengakhiri pengabdian sebagai pustakawan di sini. Purnatugas 🏡

Tanggapanku pun selalu sama. Beberapa kali pula kusampaikan betapa senang dan bersyukurnya aku, bila nantinya bisa masuk masa purna dalam kondisi SESEHAT beliau 😄 Biasanya, beliau akan langsung mengamini dan memberi doa-doa baik yang menentramkan hati.

Selamat menikmati masa purna, Bu Prapti. Semoga rencana buka warung makan, atau nerima jasa katering dan pesanan kudapan, seperti yang selalu Ibu ceritakan dengan wajah berbinar, bisa terealisasi dengan lancar ❤


#humanism
#pribadibaik

Selasa, 14 November 2023

AJARAN BERNAS DARI BU NAS

 

Sumber Foto: Dokumentasi Pribadi

Tidak usah berlebihan ya… ini peristiwa biasa, yang akan dilalui siapa saja…

Begitu pesan Bu Nas, jelas kudengar dari bilik sebelah. Beliau sedang berbincang dengan ketua jurusan ihwal “perayaan” purnatugas. Kami bertiga di ruang dosen siang itu. Aku tidak sedang mencuri dengar, ketua jurusan sengaja memintaku untuk “bersaksi” atas apa yang menjadi kesepakatan. Sepanjang obrolan, aku lebih sering diam, manggut-manggut, dan berusaha cermat menyimak isi pembicaraan. Pada beberapa bagian obrolan, aku mendapati penegasan atas nilai baik yang telah lama kusematkan kepada Bu Nas: tanggung jawab dan kesederhanaan.

*** 

Aku mengenal Bu Nas sejak akhir 2008. Iya, sudah cukup lama. Menuliskan pengalaman berinteraksi dengan beliau seperti mengingat kembali masa-masa memulai belajar menekuni profesi ini. Beberapa momen baik, terutama dalam kebersamaan di kampus masih terekam hingga saat ini. Pernah pada tahun-tahun awal, aku agak bingung memberi jawaban atas pertanyaan mahasiswa mengenai nilai akhir yang diterimakan. Mahasiswa tahun pertama tersebut mengirim pesan hingga 3x dan bertanya apakah masih bisa mendapat kesempatan perbaikan nilai dengan tugas tambahan. Aku kekeh bahwa durasi dan instruksi tugas yang kusampaikan sebelumnya sudah cukup jelas.

Pagi itu, kulihat Bu Nas rehat di ruang kerja (sebelum renovasi), dalam bilik yang memunggungi jendela. Setelah memulai obrolan ringan, aku bertanya ihwal bagaimana harus menyikapi permintaan mahasiswa yang demikian. Bu Nas memberi arahan berdasarkan pengalaman. Beliau menyampaikan bahwa kontrak perkuliahan di awal pertemuan amat penting untuk dasar menyelesaikan masalah-masalah demikian. Artinya, kontrak perkuliahan bukan sekadar aktivitas awal yang rutin untuk memulai pembelajaran, melainkan pegangan terkait berbagai aturan sampai dengan akhir perkuliahan, termasuk soal penilaian. Bu Nas juga menegaskan bahwa yang disebut kontrak berarti harus disepakati kedua belah pihak, dosen dan mahasiswa.

Kemudian, Bu Nas menceritakan pula pengalaman ketika menemui permasalahan yang sama. Selain ketegasan sesuai kontrak perkuliahan, prinsip keadilan juga perlu digengam saat memberi penilaian. Pemberian kesempatan perbaikan bagi semua mahasiswa dan menggunakan alat ukur penilaian yang sama, misalnya, termasuk ketika mempertimbangkan akan memberi bonus nilai kepada beberapa mahasiswa.

***

Kesempatan belajar dari Bu Nas, aku dapatkan juga ketika turut mengkoordinatori program kuliah kerja lapangan (KKL). Beberapa kali kami memberi pendampingan ke Bali, Malang, Bandung, Jakarta, dan Surabaya. Pengalaman yang paling kuingat saat pendampingan program KKL tahun 2015. Ketika itu, tujuan program KKL ke Malang-Bali bersama sekitar 170-an mahasiswa dan 8 dosen pendamping. Alhamdulillah agenda berjalan lancar. Namun, sampai dengan hari keempat di Bali, kami mulai menyadari ada ketidakberesan dengan penyedia jasa perjalanan wisata yang kami gunakan. Biro perjalanan tersebut tidak menepati beberapa kesepakatan dengan pihak ketiga yang turut berimbas kepada kami serombongan. Salah satu bus tertahan di penginapan selama beberapa jam sebagai dampak ketidakberesan. Bu Nas memberi arahan kepada kami para dosen pendamping agar tetap tenang, terus mengupayakan solusi, dan meminta keseluruhan agenda KKL tetap dijalankan.

Dalam fokus yang mulai kacau, kami masih tetap menyelesaikan kunjungan akhir di Balai Bahasa Provinsi Bali. Bu Nas berpesan agar pemberitahuan kepada para mahasiswa mengenai kondisi ketidakberesan tersebut ditangguhkan, agar tidak menimbulkan kepanikan. Aku pribadi cukup terpukul ketika itu, mengingat selama bertugas sebagai koordinator, tahun 2015 adalah kali pertama aku terlibat langsung di lapangan. Saat makan malam bersama, Bu Nas mencoba menenangkanku bahwa ini hal baik untuk dijadikan pembelajaran. Beliau mengingatkan bahwa proses pemilihan biro perjalanan ini dilakukan bersama-sama oleh tim. Oleh karena itu, tanggung jawab bukan tanggung jawab pribadi melainkan tanggung jawab bersama yang harus dituntaskan sampai dengan akhir program. Alhamdulillah, rombongan sampai di Semarang sesuai rencana awal dan pihak biro perjalanan bersegera pula menyelesaikan semua permasalahan.

***

Pengalaman mencermati pola kerja Bu Nas pernah kutuliskan pula dalam catatan ringan di Instagram. Kutulis ulang dengan berbagai penyesuaian tanpa mengubah esensi. Ketika itu, (hampir) seluruh dosen jurusan diminta untuk simulasi menggunakan learning management system (LMS) Pendidikan Profesi Guru (PPG) sebagai salah satu persiapan sebelum diimplementasikan. Kami dibagi dalam beberapa tim. Aku dan Bu Nas tidak berada dalam satu tim, tetapi tim kami hampir selalu bekerja bersama dalam satu ruangan.

Kegiatan bersama tersebut berlangsung 3-4 hari. Selama kegiatan, aku mencuri-curi amatan dalam beberapa kesempatan. Dalam kinerja hampir seminggu, menurutku pilihan sikap Bu Nas cenderung berbeda. Saat yang lain berburu dengan kecepatan (termasuk aku), beliau konsisten dengan ritme kerja sendiri. Bu Nas selalu mengawali dengan mencermati instruksi yang muncul dari setiap poin tugas. Kemudian, respon yang diberikan pada setiap isian tugas benar-benar hasil diskusi tim. Sepertinya, asumsi ah... paling tugas sekadar formalitas itu tidak berlaku bagi beliau. Apalagi, yang cuma model salin tempel jawaban teman. Beliau bertanggung jawab penuh atas tugas yang sudah di-iya-kan.

Selang beberapa hari setelah kegiatan, jelang dini hari, aku nekat mengirim pesan kepada Bu Nas. Tentu saja, isi pesan kuawali dengan permohonan maaf atas ketidaksopanan. Dalam pesan yang terkirim, aku menyampaikan terima kasih atas inspirasi baik yang beliau berikan. Iya, yang seperti ini: tentang integritas yang dijaga dengan amat pantas. Benar, aku meyakini tidak ada pribadi sempurna. Oleh karena itu, menemukan sisi baik dari seseorang adalah sebuah anugerah dan peluang. Iya, peluang baik untuk meneladani.

***

Sebagai junior, setiap mengingat Bu Nas, aku langsung teringat Bu Prapti pula. Iya, Almarhumah Ibu Dra. Suprapti, M.Pd., yang sudah lebih dahulu purnatugas. Bagaimana tidak, beliau berdua adalah “ibu jurusan” yang perannya tidak melulu soal dunia perkuliahan. Salah satu hal yang masih terasa sampai sekarang adalah ajaran untuk guyup sosial antarsesama warga jurusan. Oleh karena itu, aku senang sekali ketika mendapati momen Bu Nas dan Bu Prapti bersua saat takziah putra pertama Bu Prapti. Kuangkat ponsel segera, cekrek! Berharap jadi dokumentasi atas jalinan pertemanan baik antara beliau berdua.

Dalam durasi yang tidak lama, aku berkesempatan mencermati dan menikmati bagaimana beliau berdua saling bertatap muka, menepuk pundak secara perlahan, dan berbagi tingkah nyaman yang sarat penguatan. Tutur kata keduanya dalam tempo lamban, saling mengingatkan banyak hal lampau dengan menyenangkan. Namun, bagiku yang paling terasa dari komunikasi singkat itu adalah ketenangan. Barangkali, hal itu adalah salah satu indikator persahabatan: yang sebenarnya. Tidak terasa ada kerisauan, tanpa beban, dan riang mengekspresikan perasaan.

***

Sumber Gambar: https://e-katalog.lkpp.go.id/

Mb Santi… Bu Nas pamit ya, besok sudah Kamis…

Rabu terakhir bulan November lalu, Bu Nas berseru demikian sesampai di bilik beliau. Aku segera berdiri, melongok ke kiri, dan mendapati bilik Bu Nas sudah “bersih”. Beliau menyampaikan barang-barang sudah diangkut ke rumah dan esok hari adalah TMT masa pengabdian beliau sebagai pegawai negeri sipil. Berbatas sekat bilik, kami mengobrol sebentar. Kusampaikan terima kasih berulang dan permohonan maaf atas hal-hal yang kurang berkenan selama berinteraksi. Kusampaikan pula serangkaian doa sederhana untuk Bu Nas dan keluarga. Senang sekali mendapati Bu Nas menyelesaikan masa pengabdian dengan sangat baik dan dalam keadaan sehat. Terakhir, beliau menyampaikan rencana-rencana setelah purnatugas. Dalam haru, aku turut mengamini, semoga rencana-rencana baik Bu Nas terwujud dan manfaat. Amin.

*telah dipublikasikan pada Kumpulan Esai "Ajaran Bernas dari Bu Nas"
Penerbit Cipta Prima Nusantara, Januari 2023

Sabtu, 14 Oktober 2023

TECHNOLOGY INTEGRATION IN INDONESIA LANGUAGE CLASS FOR SENIOR HIGH SCHOOL: A SYSTEMATIC REVIEW

Sumber Gambar: https://www.upwork.com/en-gb/

ABSTRACT

Technology integration is inevitable due to the development of teaching and learning. The transformation of the digital-based learning process is adapted to the students' necessity in learning, which vastly grew during the last COVID-19 pandemic. This systematic literature review focuses on integrating technology in Indonesian Language classes for the Senior High School level. The analysis used the Preferred Reporting Items for Systematic Review and Meta-Analyses (PRISMA) methodology. There are 29 articles with a relevant focus to this review, which were published between  2018 and 2022. These articles came from Scopus, Semantic Scholar, and Google Scholar databases. Based on the analysis, technological-based learning is implemented with different forms and objectives, from video conference tools to social media, digital platforms, and applications. Technology is also adapted to the domain of learning: cognitive, affective, and psychomotor. Therefore this article would be helpful for teachers, students, and schools to consider integrating technology into Indonesian language classes.


*Proceedings of the 2nd International Conference of Humanities and Social Science, ICHSS 2022, 17 December 2022, Surakarta, Central Java, Indonesia
https://eudl.eu/doi/10.4108/eai.17-12-2022.2333297


Sabtu, 07 Oktober 2023

PROGRAM AKUISISI PENGETAHUAN LOKAL 2023 - BRIN

Sumber Gambar: Instagram Penerbit BRIN


Alhamdulillah. 
Keep up the good work! 💚

https://penerbit.brin.go.id/press/announcement/view/21

UTILIZATION OF ARTIFICIAL INTELLIGENCE TECHNOLOGY IN AN ACADEMIC WRITING CLASS: HOW DO INDONESIAN STUDENTS PERCEIVE?

Sumber Gambar: Dokumentasi Pribadi

ABSTRACT

Research shows that artificial intelligence (AI) technology positively influences students’ writing skills, but this area has yet to be touched by Indonesian researchers. This study aims to map perception, obstacles, and recommendations for optimizing use of AI in teaching academic writing in Indonesian. This article focuses on a case study of three senior high schools in Central Java, Indonesia. It employs quantitative and qualitative data. The researcher collected the data using questionnaires presented with Likert scale, followed by an in-depth interview through mobile instant messaging interview. Findings show that (1) AI-based learning tools help students to do academic research, especially in the planning step, to identify and develop the topics, as well as in the drafting step, to develop a paper draft, (2) AI-based learning tools are deemed flexible in accessibility despite not being able to cover all necessities required by students in writing process, (3) students are interested in using AI technology in academic writing class so that learning process will not be boring. Although AI has been used in academic writing classes, tools have not positively impacted quality of students’ academic papers in all indicators. There are several obstacles to using AI, namely (1) need for more available feature, especially in editing Indonesian text, and (2) in contrast, the features still need to be optimized. These are the recommendations for the optimization of AI-based learning tools, which are (1) adding features to edit Indonesian text, including spelling, diction, and sentence structure, and (2) enhancing AI literacy to be able to explore and leverage the existing features optimally. This research has yet to accommodate the possible coverage in checking the originality and accuracy of the written product assisted by AI-based learning tools, which could become a focus for future researchers.
Keywords: perception, AI technology, learning tools, academic writing

*Published at Contemporary Educational Technology - Journal

https://www.cedtech.net/article/utilization-of-artificial-intelligence-technology-in-an-academic-writing-class-how-do-indonesian-13419


BISIK-BISIK

Sumber Foto: Dokumentasi Pribadi


Mana pernah Mb Reda gagal bercerita? 😀
Seingatku buku ini bonus dari pembelian buku, yang entah aku lupa judulnya.
Sejak membaca Na Willa, aku mengklaim diri sebagai pengagum tulisan-tulisan Mb Reda.
Syukur berkesempatan pula mengikuti workshop beliau saat rombongan Patjar Merah mengunjungi Semarang. Berkesan!

Kuambil kumcerpen ini setelah milih agak lama di rak buku bawah tangga. Intinya lagi pengen bacaan ringan, fiksi, menghibur, dan "liburaaaan" bentar dari tulisan-tulisan dapur perilmiahan 😁
Aku biasanya paling sigap pegang stabilo, pen warna, atau pensil untuk corat-coret bagian yang kuanggap penting, esensial, atau aneh, selain itu kasih tanda silang kalau ada hasil suntingan yang lewat dari awasan. Eh, membaca Bisik-Bisik ini, sampai dengan selesai cuma ada satu coretan saja, lainnya: sketsa wajah bocil mringissss, hahaha, saking gemas dan tak bisa berkata-kata akan gempuran realita yang relate dengan keseharian di lingkungan kita (eh, kita?) 😂

Tengkyu, Mb Reda. Aku suka!

Jumat, 05 Mei 2023

CRITICAL ELEVEN

Sumber Foto: Dokumentasi Pribadi


 
Kita punya sekelumit bagian dari hidup yang bisa melumpuhkan kita seketika, tanpa aba-aba (p.310)

Sabtu, 15 April 2023

MELIHAT DIRI SENDIRI

 

Sumber: Dokumentasi Pribadi


Beberapa kutipan pascabaca buku ini,

Jika ada yang alergi terhadap koreksi, pastikanlah bahwa ia memang orang yang tidak atau kurang memahami arti perhatian dan kasih sayang. Maka, bersyukurlah bahwa di kita, koreksi masih ada. 

Melayani adalah bagian dari memberi. 

Hamba yang bersyukur mempunyai dada yang senantiasa lapang, tampil menjadi orang yang optimis, tampil menjadi orang yang pemurah, dan tampil menjadi orang yang bergairah melakukan ibadah.

Kegagalan hanya sekadar bagian dari dinamika dalam proses perjuangan yang justru dapat dijadikan pelajaran.

Semua yang baik atau buruk dari Allah. Allah menghendaki apa saja yang Ia kehendaki. Masuk akal atau tidak, jika itu dikehendaki Allah pasti terjadi.

Teruslah mendekati-Nya. Jangan lupa memohonkan ampun saudara-saudara kita yang lupa, atau tidak sempat, atau tidak merasa berdosa. Hanya Allah andalan kita.

Amal-amal itu dinilai semata-mata dari niatnya. Bila kita beramal mesti memasang dan menata niat hati. Untuk apa penilaian mulia manusia, bila penilaian Allah justru sebaliknya. Ketulusan niat akan memancar melalui amalan itu sendiri.

Membaca Al-Quran dengan niat mendapat piala, tentu tidak sama dengan niat mendapat pahala.

Kadang, orang sibuk dengan hal haramnya makanan tetapi tidak mempedulikan halal haramnya cara mendapatkan makanan itu sendiri.

Puasa adalah amalan khusus antara kita, sebagai hamba, dengan Allah saja.

Salat yang selama ini kita anggap sebagai kewajiban saja, sebenarnya merupakan anugerah yang tak terkira agungnya. Jadikanlah sabar dan salat sebagai penolongmu. 

Selama ini kita sudah benar-benar mendirikan salat ataukah hanya mengerjakannya saja? Bagi seseorang yang dalam dirinya terdapat sedikit saja ketakaburan, tentu sulit untuk memulai salat.

Sungguh muskil orang yang memiliki kitab suci dan diakui sebagai pedoman hidupnya, ternyata tidak memahami kitabnya itu, apalagi tidak membacanya.

Ketulusan pengakuan kesalahan adalah keharusan adanya tekad memperbaiki dan tidak mengulangi kesalahan, sehingga tidak melecehkan kemuliaan permintaan maaf itu sendiri.

Apa yang dituntut Allah dari kita tidak kita perhatikan, bahkan sering kita abaikan, sementara yang dijamin oleh-Nya kita buru mati-matian.

Melihat diri sendiri pun hampir tidak sempat karena kita sibuk dengan hal-hal atau diri-diri lain di luar diri kita.

Seperti kita ketahui ibarat tempat tinggal, betapapun hebatnya dunia sebagai tempat tinggal, ia tidak lebih dari hotel atau penginapan, bukan rumah.

Tolonglah saudaramu dalam keadaan dia zalim ataupun dizalimi!

Akibat sekian lama diseragamkan dan tidak diajarkan berbeda, kita pun cenderung menganggap setiap perbedaan sinonim dengan permusuhan.

Banyak di antara kita yang memahami syirik atau menyekutukan Allah hanya dalam kaitannya dengan sembahan-sembahan lain. Yang dikhawatirkan Nabi justru amalan-amalan umatnya yang tidak dilandasi karena Allah, tetapi oleh nafsu dan kepentingan.

Kejujuran adalah amanat dan kebohongan adalah pengkhianatan.

Kita, bila benar-benar mendukung tercapainya tujuan perbaikan, bisa melakukan upaya perbaikan diri. Misalnya, menghentikan sikap dan perilaku yang membantu berlangsungnya 'budaya busuk' yang diawetkan dalam kehidupan kita. Seperti menyogok, curang, korupsi, nepotisme, munafik, dsb.

Engkau berikan kekuasaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kekuasaan dari orang yang Engkau kehendaki; Engkau angkat orang yang Engkau kehendaki dan Engkau rendahkan orang yang Engkau kehendaki; di tangan-Mu lah segala kebaikan. Sungguh Engkau Mahakuasa atas segala apa saja.

Saya rasa karena kasih sayang Allah yang besar kepada manusialah yang membuat-Nya tidak membiarkan makhluk-Nya yang istimewa ini terus dalam kelalaian. Pelajaran demi pelajaran, peringatan demi peringatan; mulai dari yang kecil-kecil seperti sakit, lupa, kegagalan, kematian, dan sebagainya, hingga musibah-musibah besar yang tak terelakkan, yang semuanya itu mengingatkan kebesaran-Nya dan kekecilan manusia.

Kezaliman tidak boleh dilawan dengan kezaliman. Kezaliman adalah kegelapan yang berlapis-lapis di hari kiamat kelak.

Boleh jadi setiap orang mencintai dirinya sendiri dan mempunyai potensi untuk menjadi egois. Namun, pandangan yang berlebihan terhadap materi dan segala yang duniawilah kiranya yang benar-benar menyeret orang menjadi pribadi yang egois.

Istighfar adalah permohonan ampun. Memohon ampun memerlukan pengakuan terhadap dosa dan sikap merendahkan hati.

Cobalah kita sejenak menggeledah diri, meraba kekotoran diri, dan membersihkannya untuk kembali kepada Allah yang Mahakuasa atas segalanya.


BENTUK DAN PILIHAN KATA

Sumber: Dokumentasi Pribadi


Dalam BI secara umum bentuk kata terdiri atas kata dasar/bentuk dasar/kata asal/dasar kata dan kata bentukan/kata turunan/kata berimbuhan/kata jadian. Pembentukan kata dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai cara, yaitu pengimbuhan, penggabungan antarkata dasar, penggabungan unsur terikat dan kata dasar, pengulangan, dan pengakroniman. Pengimbuhan terdiri atas prefiks, sufiks, infiks, dan konfiks. Prefiks meng- dan peng- paling banyak menimbulkan masalah karena dapat mengalami perubahan bentuk jika digabungkan dengan kata dasar yang berawal dengan huruf tertentu. Awalan meng- dan peng- berubah menjadi menge- dan penge- jika dirangkaikan dengan kata dasar yang hanya terdiri atas satu suku kata. Huruf /k/, /p/, /t/, dan /s/ pada gugus konsonan tersebut tidak luluh apabila mendapat imbuhan, baik meng- maupun peng-, kecuali huruf awal /p/ jika mendapat imbuhan peng-.

Unsur -isasi yang sering digunakan dalam bahasa Indonesia berasal dari -isatie (Belanda) atau -ization (Inggris). Imbuhan itu sebenarnya tidak diserap ke dalam bahasa Indonesia. Meskipun demikian, imbuhan itu ada dalam pemakaian bahasa kita karena diserap secara bersama-sama dengan bentuk dasarnya. Contoh: modernization --- modernisasi. Imbuhan asing -wan dan -man berasal dari bahasa Sanskerta. Kehadiran imbuhan itu telah diterima di dalam bahasa Indonesia sebagai bentuk kata yang menyatakan 'orang'. Contoh: seniman, karyawan, wartawan. Penggunaan kedua imbuhan tersebut sebenarnya dalam pengertian netral, tidak membedakan jenis kelamin. Sungguhpun demikian, ada kecenderungan pemakai bahasa menggunakan -man dan -wan sebagai penanda jenis kelamin laki-laki, sedangkan jenis kelamin wanita dinyatakan dengan imbuhan -wati. Hal tersebut memunculkan bentukan kata seniwati, karyawati, wartawati.


Eufemisme adalah kata atau ungkapan yang dirasa lebih halus untuk menggantikan kata atau ungkapan yang dirasa kasar, vulgar, dan tidak sopan. Misalnya: bodoh --- kurang pandai, miskin --- kurang mampu, dsb. Namun, pemakai bahasa tidak seharusnya terjebak pada penggunaan eufemisme yang terkesan menyembunyikan fakta. Misalnya: ditangkap polisi --- diamankan polisi, harganya dinaikkan --- harganya disesuaikan. 


Ungkapan dan lain-lain, dan sebagainya, dan seterusnya sebaiknya tidak digunakan secara sembarangan. Ungkapan 'dan lain-lain' digunakan untuk mengungkapkan perincian lebih lanjut yang sifatnya berbeda-beda. Misalnya: Peralatan yang diperlukan dalam kegiatan tersebut adalah bolpoin, komputer, tas, dan lain-lain. Ungkapan 'dan sebagainya' digunakan untuk mengungkapkan perincian lebih lanjut yang sifatnya mirip atau sejenis. Misalnya: Jenis-jenis logam  itu adalah emas, perak, timah, dan sebagainya. Ungkapan 'dan seterusnya' digunakan untuk mengungkapkan perincian lebih lanjut yang sifatnya berurutan. Misalnya: Bagian yang harus dibaca pada buku itu adalah BAB I, BAB II, BAB III, dan seterusnya.


Idiom adalah dua kata atau lebih yang maknanya tidak dapat dijabarkan dari makna unsur-unsur pembentuknya. Misalnya, banting tulang, kambing hitam, naik daun, kembang desa, mata keranjang, dan sebagainya. Ketika akan menggunakan suatu kata, pemakai bahasa harus mempertimbangkan apakah kata-kata yang akan digunakan itu layak pada zaman tertentu atau tidak. Contoh: ganyang, antek, kelompencapir, anjangsana, ABRI masuk desa --- hanya layak digunakan pada zamannya. Kata jam dan pukul - sering dikacaukan pemakaiannya. Kata jam digunakan untuk menyatakan makna 'durasi atau jangka waktu', 'arloji', atau 'alat penunjuk waktu'. Adapun, kata pukul menyatakan 'waktu atau saat'. Contoh:
Mereka akan berangkat pukul 09.30.
Para pekerja di Indonesia rata-rata bekerja selama delapan jam sehari.




Rabu, 12 April 2023

PELIK-PELIK MONOGRAFI

Sumber: Dokumentasi Pribadi


Monografi sepertinya masih menjadi jenis buku yang belum populer di Indonesia. Monografi merupakan buku yang khas dikembangkan dari hasil penelitian dalam satu topik yang ceruk (niche). Kata "mono" menggambarkan bahwa isinya satu subjek, satu topik, dan "biasanya" ditulis oleh satu orang. Monografi dapat dijadikan bahan ajar sekunder, bukan primer.

Monografi yang berasal dari makalah atau artikel ilmiah merupakan pendalaman dan pengembangan hasil penelitian atau penyajian lebih lengkap dari karya tulis sebelumnya.  Yang dimaksud dengan pendalaman adalah bahwa penulis masih perlu melanjutkan penelitian dengan studi literatur yang mendukung penjelasan lebih detail. Adapun, yang dimaksud  dengan pengembangan adalah penulis mengungkapkan hasil litbang yang "tertahan" di makalah/artikel ilmiah disebabkan keterbatasan halaman.

Penulis monografi diberi kesempatan untuk mengeksplorasi suatu topik (dalam satu bidang keilmuan) secara menyeluruh. Hal ini merupakan kontribusi dan komunikasi ilmiah penulis kepada koleganya atau sejawatnya. Monografi memang untuk dibaca oleh sesama akademisi atau periset dalam suatu bidang keilmuan dan sebagian kecil oleh mahasiswa yang mendalami bidang keilmuan tersebut. Monografi memiliki pasar yang terbatas dan ceruk (captive and niche).

Pada bagian berikutnya, penulis menyampaikan dengan rinci alasan perlunya penyusunan monografi. Selain itu, detail anatomi monografi disampaikan dengan cermat pula. Secara anatomi, monografi digolongkan sebagai karya tulis ilmiah yang cukup tebal dibandingkan makalah/artikel ilmiah atau bahkan laporan hasil penelitian. Walaupun identik dengan buku, anatomi monografi masih menunjukkan kekhasan sebagai karya tulis ilmiah yang kaku.

Salah satu makna penting monografi ialah memberi kemudahan bagi para peneliti setelah kita untuk menemukan referensi penelitian sebelumnya atau terdahulu. Maka dari itu, kita yang harus memulainya!

HIDUP SEKALI, BERARTI, LALU MATI


Sumber: Dokumentasi Pribadi


Alhamdulillah. Selesai lagi buku dari Ahmad Rifa'i Rif'an. Seperti biasa, bahasannya ringan dan random 😀 Walau ditata dalam tiga bagian: Hidup Sekali, Berarti, Lalu Mati, secara umum substansinya acak. Well, tetap kuselesaikan baca karena mayoritas bahasannya relate dengan keseharian. Beberapa kutipan yang ter-notice,


Bagian Pertama

Hidup adalah untuk memberi sebanyak-banyaknya, dan bukan menerima sebanyak-banyaknya. Berlombalah dalam kebaikan. Let's make a life not just a living!

Jadilah dirimu sendiri, menjadi pribadi yang tidak letih memperbaiki diri. Jangan sombong dengan kelebihanmu. Jangan malu dengan kekuranganmu. Tuhan tidak pernah salah memberi. Husnudzonlah pada Tuhan.

Kerumitan itu hanyalah persepsi yang kita ciptakan sendiri. Kebingungan kita tidak akan memperkecil bobot masalah itu. Terkadang, ada yang fokus pada masalahnya, bukan pada solusinya. Dekatilah sang penentu sukses kita!

Kita: kalau doa kayak orator, menilai sesama kayak auditor, sedangkan diri sendiri tak pernah dimonitor. Orang sukses adalah orang yang selalu kelebihan cara. Sementara orang gagal adalah orang yang kelebihan dalih. Kalau ada kemauan, kemampuan akan mengikuti.


Bagian Kedua

Betapa bahagianya ketika penilaian diri merasa rendah, dalam penilaian orang dianggap tengah-tengah, tapi di sisi Allah jadi yang paling mulia. Manusia yang hebat adalah mereka yang telah berhasil menghebatkan orang lain. Orang sukses adalah orang yang gemar menyukseskan pribadi lain.

Ada banyak pilihan yang bisa kita ambil ketika menghadapi orang yang melukai jiwa. Kita bisa menyimpan dendam di dalam dada, atau memilih untuk menjadi pribadi pemaaf yang melepas segala kesalahan yang dilakukan orang pada diri kita. I am the captain of my soul.

Kejujuran itu mencerminkan hampir keseluruhan akhlak 💚


Bagian Ketiga

Jiwa yang tenteram takpunya banyak ambisi keduniaan. Hatinya tenang dalam kesederhanaan. Hidup kita menjadi tidak lagi berpanjang angan dan neko-neko. Takut pada kematian adalah kebodohan akal. Sikap yang tepat bukanlah menakutkan kehadirannya, tapi bagaimana mempersiapkan kematian dengan indah. Husnul khatimah adalah dambaan semua muslim yang mengerti tentang makna kematian yang indah.

Sabtu, 08 April 2023

GIVING IS BLESSING

 

Sumber: https://zhanglab.c2b2.columbia.edu/index.php/Giving


Pagi ini rencana jemput Kak Kinash pascaagenda Pesantren Ramadan di sekolah sejak 3 hari yang lalu. Niatnya jemput pukul 10.00 WIB sesuai jadwal, tetapi info dari grup WhatsApp orang tua murid (OTM) terkait perubahan jadwal menjadi pukul 08.30 WIB membuatku dan si kecil Raya agak buru-buru mandi pagi :) Walau agak ngebuuut, alhamdulillah kak Kinash tidak menunggu lama. Secara empati, nggak tega kalau harus nglangut nunggu, apalagi baru saja beraktivitas yang jauh dari rumah. So, berusaha untuk sesegera mungkin sampai sana. Alhamdulillah, arus lalin depan sekolah cukup lancar. Bisa jadi karena jadwal penjemputan yang memang sudah diatur oleh sekolah. Alhamdulillah pula, kami dapat tempat parkir representatif, pas depan gerbang, sehingga tidak perlu jalan jauh. Kami putuskan, ayah yang turun dan masuk untuk jemput sekaligus bawa barang-barang Kak Kinash. Saya tetap di mobil, berbagi tugas jaga si kecil Raya, dan menggeser beberapa barang di bagasi agar muat untuk tas baju Kak Kinash.

Selang beberapa menit menunggu, saya melihat-lihat situasi sekitar gerbang. Lalu lalang para OTM yang menjemput cukup frekuentatif. Beberapa OTM ada yang membawakan koper, ada yang sambil memanggul kasur lipat, menenteng bantal, ada pula yang sambil ngempit piala. Hmmm... mungkin anaknya baru saja memang lomba atau dapat apresiasi dari penyelenggara acara. Alhamdulillah, ikut bahagia melihatnya :) Salah satu OTM yang keluar gerbang berikutnya adalah seorang ibu dengan rambut dicepol, terlihat apa adanya seperti biasa karena memang saya beberapa kali bertemu dengan beliau. Kami tidak saling kenal dekat, tetapi cukup tahu beliau OTM salah satu teman Kak Kinash sejak dari TK :) Tidak lama kemudian, turut muncul di belakang beliau, bapak berkacamata, dengan tinggi sepantaran. Iya, beliau suaminya. Beberapa kali saat acara kumpul OTM, beliau hadir bersama pula, tidak cukup asing bagi saya.

Perhatian saya masih terus berlanjut, sambil sesekali melongok ke dalam karena ayah dan Kak Kinash belum muncul juga, mungkin masih mengemas barang-barang. Suami-istri ini kulihat melongok random ke beberapa arah. Seperti mencari-cari sesuatu atau seseorang. Tak berapa lama, dari arah belakang mobil saya, seorang satpam berlari kecil. Bapak paruh baya berkacamata itu terlihat mengeluarkan amplop putih dari saku celana, menempelkan pada tangan pak satpam, dan berucap singkat. Entah apa yang beliau sampaikan, setelahnya kulihat pak satpam sedikit membungkukkan badan sambil berucap singkat pula. Hmmm... bisa jadi semacam ucapan terima kasih atas pemberian. Rasanya seketika cleeeees di hati. Turut senang. Nggak peduli apa yang diberikan, berapa, untuk apa, dsb. Saya lebih fokus pada bersyukur ada yang berkenan berbagi, bersyukur karena bisa jadi ada yang terbantu.

Eh, ternyata adegan belum berhenti. Bapak berkacamata itu melongok kembali, mencari-cari, dan sambil seperti bergumam kepada pak satpam. Beberapa detik kemudian, muncul pak satpam kedua, beliau melakukan hal yang sama, menyerahkan amplop putih. Diikuti kembali oleh pak satpam ketiga. Terakhir, meski harus menunggu 2-3 menit, muncul pula pak satpam yang keempat. Perlakuan sama diterima keempatnya. Kemudian beliau terlihat pamit, berbalik badan, menuju mobil diikuti pula oleh istrinya. Huuuuh... beberapa detik rasanya terhenti :) beberapa lema yang terpikir untuk menggambarkan hal itu: take action sederhana dan terasa ringan karena diiringi senyuman dari si pemberi, membahagiakan karena hal tersebut jelas terpancar bagi si penerima, dan indah bagi saya yang taksengaja menyaksikan. Barakallah, semoga Allah Swt melanggengkan praktik-praktik baik yang seperti ini 💚

THE USE OF ARTIFICIAL INTELLIGENCE IN TEACHING WRITING: IS IT A DYSTOPIA?

Sumber Foto: https://www.qiteplanguage.org/majalah Nowadays, technology is required in the learning process. The integration of technology i...