MELIHAT DIRI SENDIRI
Sumber: Dokumentasi Pribadi |
Beberapa kutipan pascabaca buku ini,
Jika ada yang alergi terhadap koreksi, pastikanlah bahwa ia memang orang yang tidak atau kurang memahami arti perhatian dan kasih sayang. Maka, bersyukurlah bahwa di kita, koreksi masih ada.
Melayani adalah bagian dari memberi.
Hamba yang bersyukur mempunyai dada yang senantiasa lapang, tampil menjadi orang yang optimis, tampil menjadi orang yang pemurah, dan tampil menjadi orang yang bergairah melakukan ibadah.
Kegagalan hanya sekadar bagian dari dinamika dalam proses perjuangan yang justru dapat dijadikan pelajaran.
Semua yang baik atau buruk dari Allah. Allah menghendaki apa saja yang Ia kehendaki. Masuk akal atau tidak, jika itu dikehendaki Allah pasti terjadi.
Teruslah mendekati-Nya. Jangan lupa memohonkan ampun saudara-saudara kita yang lupa, atau tidak sempat, atau tidak merasa berdosa. Hanya Allah andalan kita.
Amal-amal itu dinilai semata-mata dari niatnya. Bila kita beramal mesti memasang dan menata niat hati. Untuk apa penilaian mulia manusia, bila penilaian Allah justru sebaliknya. Ketulusan niat akan memancar melalui amalan itu sendiri.
Membaca Al-Quran dengan niat mendapat piala, tentu tidak sama dengan niat mendapat pahala.
Kadang, orang sibuk dengan hal haramnya makanan tetapi tidak mempedulikan halal haramnya cara mendapatkan makanan itu sendiri.
Puasa adalah amalan khusus antara kita, sebagai hamba, dengan Allah saja.
Salat yang selama ini kita anggap sebagai kewajiban saja, sebenarnya merupakan anugerah yang tak terkira agungnya. Jadikanlah sabar dan salat sebagai penolongmu.
Selama ini kita sudah benar-benar mendirikan salat ataukah hanya mengerjakannya saja? Bagi seseorang yang dalam dirinya terdapat sedikit saja ketakaburan, tentu sulit untuk memulai salat.
Sungguh muskil orang yang memiliki kitab suci dan diakui sebagai pedoman hidupnya, ternyata tidak memahami kitabnya itu, apalagi tidak membacanya.
Ketulusan pengakuan kesalahan adalah keharusan adanya tekad memperbaiki dan tidak mengulangi kesalahan, sehingga tidak melecehkan kemuliaan permintaan maaf itu sendiri.
Apa yang dituntut Allah dari kita tidak kita perhatikan, bahkan sering kita abaikan, sementara yang dijamin oleh-Nya kita buru mati-matian.
Melihat diri sendiri pun hampir tidak sempat karena kita sibuk dengan hal-hal atau diri-diri lain di luar diri kita.
Seperti kita ketahui ibarat tempat tinggal, betapapun hebatnya dunia sebagai tempat tinggal, ia tidak lebih dari hotel atau penginapan, bukan rumah.
Tolonglah saudaramu dalam keadaan dia zalim ataupun dizalimi!
Akibat sekian lama diseragamkan dan tidak diajarkan berbeda, kita pun cenderung menganggap setiap perbedaan sinonim dengan permusuhan.
Banyak di antara kita yang memahami syirik atau menyekutukan Allah hanya dalam kaitannya dengan sembahan-sembahan lain. Yang dikhawatirkan Nabi justru amalan-amalan umatnya yang tidak dilandasi karena Allah, tetapi oleh nafsu dan kepentingan.
Kejujuran adalah amanat dan kebohongan adalah pengkhianatan.
Kita, bila benar-benar mendukung tercapainya tujuan perbaikan, bisa melakukan upaya perbaikan diri. Misalnya, menghentikan sikap dan perilaku yang membantu berlangsungnya 'budaya busuk' yang diawetkan dalam kehidupan kita. Seperti menyogok, curang, korupsi, nepotisme, munafik, dsb.
Engkau berikan kekuasaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kekuasaan dari orang yang Engkau kehendaki; Engkau angkat orang yang Engkau kehendaki dan Engkau rendahkan orang yang Engkau kehendaki; di tangan-Mu lah segala kebaikan. Sungguh Engkau Mahakuasa atas segala apa saja.
Saya rasa karena kasih sayang Allah yang besar kepada manusialah yang membuat-Nya tidak membiarkan makhluk-Nya yang istimewa ini terus dalam kelalaian. Pelajaran demi pelajaran, peringatan demi peringatan; mulai dari yang kecil-kecil seperti sakit, lupa, kegagalan, kematian, dan sebagainya, hingga musibah-musibah besar yang tak terelakkan, yang semuanya itu mengingatkan kebesaran-Nya dan kekecilan manusia.
Kezaliman tidak boleh dilawan dengan kezaliman. Kezaliman adalah kegelapan yang berlapis-lapis di hari kiamat kelak.
Boleh jadi setiap orang mencintai dirinya sendiri dan mempunyai potensi untuk menjadi egois. Namun, pandangan yang berlebihan terhadap materi dan segala yang duniawilah kiranya yang benar-benar menyeret orang menjadi pribadi yang egois.
Istighfar adalah permohonan ampun. Memohon ampun memerlukan pengakuan terhadap dosa dan sikap merendahkan hati.
Cobalah kita sejenak menggeledah diri, meraba kekotoran diri, dan membersihkannya untuk kembali kepada Allah yang Mahakuasa atas segalanya.
Komentar
Posting Komentar