Jumat, 30 April 2021

SOSIOLINGUISTIK, KODE DAN ALIH KODE

Sumber Pustaka: Dokumentasi Pribadi


Ada obrolan seru dengan teman-teman di kelas Sosio siang tadi. Saya dan Uda Apri mengulas buku lawas ini sekadar sebagai pemantik diskusi. Walhasil, bahasan riset mengenai kode dan alih kode dalam buku ini membuat seisi kelas mengeluarkan "jurus" andalan bahasa ibu masing-masing (Sunda, Minang, Melayu, Jawa) untuk diteropong tingkat tuturnya 😊


Buku Dr. Kunjana ini, terbitan Pustaka Pelajar - 20 tahun lalu! Oleh karena itu, beberapa bagian memang sudah tidak relevan lagi. Contohnya, pernyataan bahwa studi mengenai alih kode dalam tindak tutur masih jarang diteliti. Kalau merujuk pada kondisi sekarang, kita tentu mudah menemukan ratusan riset mengenai hal tersebut.


Buku ini semacam monograf. Iya, publikasi hasil riset dalam bentuk buku. Hmmm... sistematikanya mirip dengan laporan penelitian. Sepertinya, tuas konversi pola penulisan dari laporan riset ke dalam wadah referensi populer belum dijalankan 🔜


Tindak tutur jual beli di Pasar Beringharjo cukup menarik dibedah dengan konsep komponen tutur versi Poedjosoedarmo, yang merupakan pengembangan dari konsep Hymes (S-P-E-A-K-I-N-G).


Jogja, sebagai lokasi pengumpulan data, merujuk pada masyarakat bahasa dengan dominasi tuturan berbahasa Jawa. Ada bentuk tingkat tutur utama Krama, Madya, dan Ngoko yang terklasifikasi lagi dalam implementasinya berdasar relasi penutur dan mitra tutur, contohnya Kramantara, Mandyantara, Antya Basa, dsb.


Hasil riset menyebut ada alih kode tingkat tutur dan bahasa. Berdasar tingkat tutur ditemukan alih kode dari ngoko ke madya (dan sebaliknya). Adapun, berdasar bahasa ditemukan alih kode bahasa Jawa-Indonesia, Jawa-Asing, Indonesia-Asing (dan sebaliknya).


*buku pinjaman Kombatj BSI 😉


Sabtu, 10 April 2021

POSTER - RISET LPPM UNNES 2020


 

POSTER - PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT LPPM UNNES 2020


 

DISEMINASI RISET LPPM UNNES 2019


 

DISLEKSIA - PERKEMBANGAN DI INDONESIA



Buku pada akhir minggu. Nemu buku ini di Gramedia Solo. Sudah kenal istilah disleksia sejak zaman kuliah. Namun, subjudul "perkembangan di Indonesia" -bikin penasaran juga. Eh, benar ternyata, isinya dominan hasil-hasil riset mengenai disleksia yang dibedah oleh sejawat dosen dari FIB UI, Mb Harwintha, dengan jeli dan menjadi bacaan yang bergizi 😄

Disleksia dipahami sebagai masalah membaca yang dialami anak-anak. Kesuraman bagi penderita disleksi muncul ketika ejekan dari teman-teman bertubi-tubi mengarah padanya. Belum lagi, cap negatif bahwa tidak lancar membaca = anak bodoh 🤢

Disleksia bisa ditelaah dari berbagai sudut: ilmu pendidikan, kedokteran, psikologi, dan studi bahasa (linguistik). Buku ini memberi gambaran ilmiah mengenai disleksia dari sudut pandang bahasa. 

Apa penyebab disleksia? Beberapa riset menyebut hipotesis defisit fonologis yang terkait kesadaran fonologis pada anak yang mestinya sudah dimiliki anak yang baru akan mulai belajar membaca. Ada pula riset yang mencermati kelainan struktur otak penderita disleksia pada belahan otak kiri (lobus temporo-pariental). Eh, ada pula hasil riset yang merujuk pada faktor bawaan/keturunan pula.

Bagaimana mendiagnosis disleksia? Berbagai tes terstandar dari luar negeri dan pengalaman implementasi alat tes tersebut dijelaskan lengkap dalam buku ini. Lalu, bagaimana dengan kondisi di Indonesia?

Penulis, yang juga peneliti, bersama-sama sejawat dari Departemen Linguistik UI sudah mengembangkan alat tes atau instrumen bernama Tes Membaca Satu Menit. Rancang bangun instrumen yang dikembangkan diatur berdasar jumlah dan kompleksitas suku kata.

Walaupun disleksia bukan soal kesalahan pengajaran membaca, kemungkinan orang tua atau pengajar yang terlalu menuntut anak untuk bisa membaca pada usia dini perlu diwaspadai. Mengapa? Sangat mungkin anak akan memaknai membaca sebagai kegiatan yang traumatis 😟

GS A/3

KULIAH PAKAR ADOBSI