Sabtu, 10 April 2021

DISLEKSIA - PERKEMBANGAN DI INDONESIA



Buku pada akhir minggu. Nemu buku ini di Gramedia Solo. Sudah kenal istilah disleksia sejak zaman kuliah. Namun, subjudul "perkembangan di Indonesia" -bikin penasaran juga. Eh, benar ternyata, isinya dominan hasil-hasil riset mengenai disleksia yang dibedah oleh sejawat dosen dari FIB UI, Mb Harwintha, dengan jeli dan menjadi bacaan yang bergizi 😄

Disleksia dipahami sebagai masalah membaca yang dialami anak-anak. Kesuraman bagi penderita disleksi muncul ketika ejekan dari teman-teman bertubi-tubi mengarah padanya. Belum lagi, cap negatif bahwa tidak lancar membaca = anak bodoh 🤢

Disleksia bisa ditelaah dari berbagai sudut: ilmu pendidikan, kedokteran, psikologi, dan studi bahasa (linguistik). Buku ini memberi gambaran ilmiah mengenai disleksia dari sudut pandang bahasa. 

Apa penyebab disleksia? Beberapa riset menyebut hipotesis defisit fonologis yang terkait kesadaran fonologis pada anak yang mestinya sudah dimiliki anak yang baru akan mulai belajar membaca. Ada pula riset yang mencermati kelainan struktur otak penderita disleksia pada belahan otak kiri (lobus temporo-pariental). Eh, ada pula hasil riset yang merujuk pada faktor bawaan/keturunan pula.

Bagaimana mendiagnosis disleksia? Berbagai tes terstandar dari luar negeri dan pengalaman implementasi alat tes tersebut dijelaskan lengkap dalam buku ini. Lalu, bagaimana dengan kondisi di Indonesia?

Penulis, yang juga peneliti, bersama-sama sejawat dari Departemen Linguistik UI sudah mengembangkan alat tes atau instrumen bernama Tes Membaca Satu Menit. Rancang bangun instrumen yang dikembangkan diatur berdasar jumlah dan kompleksitas suku kata.

Walaupun disleksia bukan soal kesalahan pengajaran membaca, kemungkinan orang tua atau pengajar yang terlalu menuntut anak untuk bisa membaca pada usia dini perlu diwaspadai. Mengapa? Sangat mungkin anak akan memaknai membaca sebagai kegiatan yang traumatis 😟

GS A/3

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KULIAH PAKAR ADOBSI