SEKOLAH TANPA JURUSAN
Sumber: Dokumentasi Pribadi |
Begitu selesai baca buku ini, satu hal yang terpatri: bikin coretan etnografi kelas gini ternyata seruuuu sekali! 🫠iyaps, buku ini cerita tentang bagaimana teman-teman Sanggar Anak Alam (SALAM) di Yogyakarta meracik kurikulum sendiri: berdaulat penuh atas pokok bahasan, sumber informasi, media belajar, dan bahkan indikator keberhasilannya secara mandiri. Laku sinau yang organik dan fleksibel tersebut diceritakan langsung oleh tangan pertama: penulis, yang juga fasilitator di SALAM.
Catatan-catatan penulis detail dan menegaskan bahwa anak-anak di sana tak melulu menjadi objek pendidikan, sebaliknya, mereka ialah subjek pencari pengetahuan. Oleh karena itu, diksi-diksi: kesepakatan, keterlibatan, diskusi, kesadaran diri, konsekuensi, dan refleksi sering muncul. Alur belajar berbasis riset-riset sederhana mengawali penjelajahan pengetahuan dengan keingintahuan, keprihatinan, dan kerisauan. Riset bagi mereka bukan sekadar soal teknik/keterampilan, apalagi hanya sekadar soal suka atau tidak suka.
Peristiwa belajar dituturkan penulis dengan jujur, ada banyak poin kendala, kesulitan, hingga hal-hal minus yang ditemui. Fasilitator tidak mutlak berperan sebagai juru narasi. Mereka menempatkan diri sebagai pemelajar pula, tentu saja termasuk belajar sabar 😄 Mereka senantiasa mengarahkan bahwa bacaan tidak melulu dari buku. Ruang interaksi, peristiwa-peristiwa, orang-orang yang ditemui adalah ruang belajar bagi anak untuk mampu menjadi tuan atas diri sendiri. Oleh karena itu, anak juga dituntun membangun ruang bicara dan ruang dengar dengan sesamanya.
Komentar
Posting Komentar