SENI MENEMUKAN AHA MOMENT!
Ikatlah makna dengan
menuliskannya! (Hernowo)
***catatan
partisipatif dalam “Pelatihan Terintegrasi Penguatan Output Akademik Dosen” FBS
Universitas Negeri Semarang di MG Semarang Town Square Hotel, 19-20 Februari
2019.
Day 1.
Research as a practice!
Demikan
salah satu pernyataan pembuka Mr. Teguh Wijaya Mulya dalam paparan materi sesi “Pendalaman
Teknis Metode Kualitatif” hari ini (19/2). Memaknai practice berarti harus bersiap mengatur diri. Bangunlah everyday habit sebagai peneliti! begitu petuah
narasumber dari Fak. Psikologi Universitas Surabaya ini.
Habit apa
saja? 6M: 1) mengatur waktu, 2) membaca, 3) menyusun reading note, 4) menulis, 5) mengedit, 6) membuat komitmen dengan
diri sendiri, bahwa meneliti bukan suatu aktivitas instan!
Mengawali
sesi, Mr. Teguh menyodori pertanyaan sederhana “Anda melakukan penelitian
karena …”. Satu kata yang auto muncul dalam benak ialah KEWAJIBAN. Biasanya yang
refleks muncul itulah yang paling jujur. Ada dua klasifikasi tujuan penelitian
bagi dosen:
1)
Penunjang performance profesi yaitu
memaknai penelitian sebagai keharusan atau tuntutan tri dharma perguruan
tinggi, untuk syarat kenaikan pangkat, dll.
2) Mastery
yaitu keinginan untuk memberikan solusi atas suatu permasalahan, melakukan
pembuktian terhadap suatu teori/konsep, mengulik suatu fenomena, dll.
Terkait
tujuan kedua, diingatkan pula bahwa penelitian (dan pengabdian) merupakan
pembeda aktivitas profesi dosen dengan profesi lain. Jadi, harus
sebaiknya dilakukan dengan penuh amanah. eihhh…
mulia!
Metode
kualitatif membutuhkan literature yang spesifik. Satu poin yang saya garis
bawahi dari “modal” publikasi kualitatif ialah insightfulness, apaan tuh? orisinalitas! Peneliti diharap mampu menyentuh
atau mengulik sisi unik dari suatu permasalahan/fenomena. Insightfulness menyangkut kedalaman bacaan, keberakaran pemikiran,
jeli membidik knowledge gap, dan kreativitas
dalam menawarkan perspektif baru. Artinya bukan sekadar melaporkan data yang
terkumpul. Dalam kualitatif, memperbanyak data tidak berbanding lurus dengan
kualitas! Nah… mengulik-ulik insight
merupakan sebuah “seni” – ada saatnya peneliti menemukan (ahaaa) moment tersebut. eihhh… semoga!
Berikutnya,
narasumber membahas academic writing.
Teknik P-E-R-L diketengahkan.
POIN
- argumen
EVIDANCE
– bukti/fakta
RELEVAN
– argumen lanjutan
LINK
– hubungkan!
Proses
menulis tidaklah sekali jadi. Capek?
iya! berpikir itu (memang) melelahkan sekali. Lho dalam menulis ada proses berpikir? yaps! constitutive not representative. So, bukan sekadar melaporkan. Dalam academic writing, proses menulis untuk menciptakan pengetahuan; menggodok
pemahaman konseptual. Peneliti sangat perlu mengasah terus cara dan pola
menulis. Caranya? balik pada rumus awal: practice!
plus ditempa dengan peer review.
[practice makes perfect! ---- eihhh,
cakeepp!]
*********************************************************************
Sesi
berikutnya mengenai literature review,
research gap, submission, dan editing
process disampaikan oleh Mr. Agus Wijayanto dari Universitas Muhammadiyah
Surakarta. Tidak banyak catatan. Why?
cukup jelas transfer ilmu via slide-nya
(uhuy!), plus dominan sharing
pengalaman. Mengena. sharing is caring.
Alasan yang kedua, karena saya mendahului meninggalkan sesi ini sebelum Magrib
tiba, balik hotel lagi pas azan Isya (eihhh…
pantesannnn!).
Day 2.
Sesi
“Teori dan Implementasi Metode Kuantitatif”
w/
Mr. Andhi Wijayanto (teman prajab-tim “Keong Racun” 2010)
Install SPSS… uninstall SPSS (eihhh…
kilaf!)… install SPSS (lagi)… #peace
Dominan
praktik. Refresh. Bernostalgia dengan
Likert, t-test, ANOVA, bivariate, regresi, dan teman-teman seperjuangannya. (sedikiiiiiit)
bisa mempersepsi implementasinya dalam penelitian pengajaran bahasa.
Jadi,
pelatihan ini efektif? Yaps, sangat!
Ingin
pelatihan terus? hmmm… (sementara) cukup. Mau membidik Aha moment dulu (eihhh…
gassss!).
Graha
Sartika A/3
-00.51-
Komentar
Posting Komentar