Kamis, 22 September 2022

HOW TO KEEP YOUR COOL

Sumber: Dokumentasi Pribadi


Seru! Seneca sedang menantang akal sehat pembacanya mengenai apa yang pantas membuat seseorang marah 🙂

Menetapkan harga tinggi pada kebanggaan, martabat, dan harga diri disinyalir menjadi impuls kemarahan manusia. Bahkan, pada posisi salah pun, kadang manusia tetap tersinggung ketika menerima teguran karena mengimbuhkan prasangka dan keangkuhan dalam pikiran 😔

Untuk melawannya, Seneca mengingatkan betapa banyak kesamaan sebagai manusia, yang pada umumnya layak untuk saling memaafkan. Ia menyebut: kita hanyalah orang jahat yang hidup di antara orang jahat 🥺

Mari merawat kemanusiaan dengan tidak menjadi sumber ketakutan atau bahaya bagi siapa pun. Mari memulai dengan belajar menelan singkatnya rasa jengkel yang kadang muncul ❤

 

Jumat, 12 Agustus 2022

AI IN EDUCATION: CHANGE AT THE SPEED OF LEARNING

Sumber: https://iite.unesco.org/news/policy-brief-ai-in-education/


Policy brief dari UNESCO IITE ini cukup komprehensif memaparkan perubahan pola pemanfaatan teknologi dalam pendidikan. Fokus paparan lekat dengan kecerdasan artifisial (AI), cloud computing, dan machine learning.

Paparan menarik terkait tantangan: bagaimana cara aksesnya, bagaimana etika penggunaannya, bagaimana kesenjangan teknologi pemakainya di lapangan memberi gambaran makro persiapan yang perlu dilakukan.

Poin penting lain yang ditekankan: bahwa teknologi bukan sapu jagad yang kemudian bisa menyelesaikan multiproblem yang muncul di kelas. Teknologi hadir untuk diberdayakan. Pun bila tidak untuk peningkatan aspek kompetensi, hadirkan untuk memberi pengalaman pembelajaran yang baru dan manfaatkan untuk mengaktifkan modalitas pedagogis.

Senin, 04 Juli 2022

TERUS BERKARYA DENGAN TEKNOLOGI SUARA!

https://www.ahead.ie

Type with your voice! 

Begitu moto (tagline) yang diusung dictation.io, salah satu produk kecerdasan artifisial (artificial intelligence) berupa fitur pengenalan suara (speech recognition) tanpa bayar yang akan membantu kita menulis berbantuan narasi suara tanpa perlu mengetik. Yaps, otomatis dan gratis! Diksi dictation yang berarti “dikte” memberi penegasan bahwa aktivitas mendikte gagasan/ide/hal apapun yang ingin disampaikan (dengan suara) bisa dilakukan dan fitur speech to text ini akan membantu menuliskannya. Kok bisa?

Fitur yang didukung teknologi suara ini “dilatih untuk mengenal, mengolah, menginterpretasi, dan mengonversi suara manusia menjadi tulisan dengan berbagai perangkat pintar, seperti telepon pintar (smartphone), tablet, laptop, atau komputer. Kemudahan yang ditawarkan oleh teknologi ini dapat dimanfaatkan oleh sekretaris, notulis, jurnalis, guru/dosen, reviewer buku, blogger, dan profesi lainnya.

Bagaimana cara mengaksesnya?

1.  Kunjungi www.dictation.io ya!

2. Klik launch dictation dan pengguna akan diarahkan ke sebuah halaman seperti halaman pengetikan yang memiliki tools pengatur tulisan: bold, italic, underline, dan lain-lain.

3. Pada halaman tersebut, pengguna dapat menentukan pilihan bahasa sesuai kebutuhan hasil teks (ketikan) yang diinginkan. Beberapa pilihan bahasa yang familier, yakni bahasa Indonesia, Sunda, Jawa, Inggris, Spanyol, Prancis, Italia, dan lain-lain.

4. Tekan tombol start, kemudian pengguna akan diminta mengaktifkan pelantang (microphone) di halaman tersebut. Setelah muncul notifikasi aktivasi, pengguna dapat langsung klik izinkan.

5. Hapus semua teks ucapan selamat datang yang ada di halaman pengetikan, mulailah bicara, dan biarkan mesin pengetik otomatis bekerja.


https://www.komando.com/

Selain cara akses fitur yang cukup simpel, bagi saya kelebihan mengetik via perintah suara ini adalah fleksibilitasnya. Dalam kondisi tertentu, menangkap ide/gagasan/review dari buku yang saya baca/dengar (audiobook) dalam perjalanan, misalnya, dapat saya lakukan dengan menarasikan beberapa bagian esensial buku yang menjadi poin, menarik, atau quote-able agar tidak lupa.

Atau, saat perlu observasi langsung di kelas untuk kebutuhan awal penelitian/program pengabdian, misalnya, saya mengamati objek/responden dengan mulut yang ‘ndremimil’ terus untuk menarasikan apa yang saya lihat dan rasakan, hahaha, tanpa perlu mengetik sehingga fokus pengamatan lebih terjaga. Hasilnya bisa langsung di-posting atau digunakan sebagai data pengamatan? Bisa. Namun, saya biasa mengintegrasikan terlebih dahulu potongan-potongan narasi yang telah menjadi teks, sesuaikan dengan bahasa tulis, dan… jadi! 😊

Sabtu, 02 April 2022

OFFLINE

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Yes, thinking is hard. Acting rather than reacting is even harder. But at the end of the day, that's what our brains are for. For us to use and control. And not just be the receptacle of random thoughts that don't belong to us and which leave us feeling helpless and overwhelmed (p.28).

Senin, 14 Maret 2022

MENGEMBANGKAN ONLINE EDUCATION RESEARCH DI INDONESIA

Sumber: Dokumentasi Pribadi


Online Education Research (OER) menjadi sebuah keniscayaan sebagai konsekuensi makin terbukanya sistem pendidikan. Dalam konteks keindonesiaan, OER diharapkan tidak hanya fokus pada sisi teknologi tetapi menjangkau aspek awareness and motivation. Mengapa? agar tidak ter-ninabobo-kan oleh teknologi sebagai perangkat yang 'fashionable' dalam pembelajaran 👩‍💻


Tantangan yang cukup signifikan untuk menyelenggarakan OER ialah pemahaman tentang bagaimana melakukan riset di area itu. Oh ya, sepertinya butuh 'keterampilan menyibak' topik-topik seruuu pula dengan memperbanyak asupan bacaan yang relevan 🤯

@uipublishing ðŸ‘‹

Jumat, 11 Februari 2022

BERANI TIDAK DISUKAI

 

Sumber: Dokumentasi Pribadi


Membaca buku ini sebanding dengan menyimak percakapan seorang pemuda dan filsuf yang ditemuinya. Pembaca dipertemukan dengan sekian pertanyaan dan berulang penjelasan untuk menuntaskan rasa penasaran (plus sedikit sikap ngeyel-an) 🧤

Si filsuf menegaskan bahwa tugas hidup seseorang (mestinya) bukanlah  memenuhi ekspektasi orang lain. Tidak ingin dibenci orang lain adalah impuls  yang sepenuhnya wajar. Namun, sikap mengintervensi penilaian orang lain terhadap diri kita hanya akan membuat hidup terkekang, pun itu sebuah kemustahilan.

"Dari sepuluh orang, akan ada satu yang akan mengkritikmu, tak peduli apapun yang kaulakukan" (h. 269) ⏰

Mempersenjatai diri dengan keberanian belum banyak dilakukan. Keberanian menetapkan posisi dan penerimaan diri atas setiap konsekuensi. Berhargalah mereka yang terus belajar memahami bahwa tidak semua akses kontrol atas kondisi yang akan ditemui berada di tangan dirinya sendiri.

💟💟💟



Jumat, 31 Desember 2021

NODEFLUX: KONTRIBUSI GLOBAL SI KELEDAI PINTAR VIA KECERDASAN ARTIFISIAL

“Teknologi memberikan potensi kepada kehidupan untuk berkembang seperti yang belum pernah terjadi sebelumnya – atau untuk menghancurkan diri sendiri” (Max Tegmark)


Pernyataan fisikawan MIT dalam Life 3.0 itu serta merta membuat tanganku meraih spidol merah jambu, otomatis menempelkan ujung lunaknya di bawah ketikan rapi pada bagian prolog, penanda permulaan bab baru. Aku tertarik dengan dua kata kunci yang berseberangan: “berkembang” dan “menghancurkan”. Rasanya perubahan memang selalu menghadirkan dua irisan. Kemudian, kita akan dihadapkan pada dua efek, yang dimaklumi sebagai keniscayaan: positif dan negatif.


Aku teringat bagaimana warganet (netizen) riuh menanggapi pernyataan Presiden Jokowi saat Musyawarah Rencana Pembangunan Nasional Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Nasional (Musrenbagnas RPJMN) 2020-2024, yang berkomitmen untuk menggantikan para Pegawai Negeri Sipil (PNS) dengan robot kecerdasan artifisial. Setidaknya, warganet terbagi dalam tiga kelompok besar bila dicermati berdasarkan dropping komentar: kelompok skeptis teknologi, kelompok utopia digital, dan kelompok “pendukung” gerakan memaksimalkan potensi kecerdasan artifisial (artificial intelligence).


Mereka yang skeptis mengakui kelahiran kecerdasan artifisial sebagai produk teknologi, tetapi pesimistis soal implementasi. Kaum utopis digital cenderung menyambut kecerdasan artifisial dengan senang hati, walau paham harus melalui proses adaptasi. Nah, para suporter kecerdasan artifisial lah yang siap memeluk evolusi ini dengan mengeksplorasi potensi. Bahkan, sebagian kecil mulai menangkap peluang kecerdasan artifisial sebagai akses kontribusi bagi negeri.


Kelompok yang terakhir ini tidak melulu memainkan peran dalam satu posisi. Kucermati, beberapa akademisi memulai andil dengan riset-riset untuk menggali dan melakukan komparasi atas keunggulan teknologi. Pemerintah bergerak lewat kebijakan Strategi Nasional Kecerdasan Artifisial 2020-2045. Adapun, para pengembang kecerdasan artifisial bergegas menyusun rangka perusahaan rintisan (start up). Pionir rintisan pada bidang ini di Indonesia adalah Nodeflux.


Kelahiran Nodeflux

“Simple ya! Ada masalah apa di masyarakat, let’s solve it! (dengan) teknologi sih.” ujar Ais, co-founder dan Chief Technology Officer (CTO) Nodeflux, saat menyampaikan kepada kami, pemirsa siniar (podcast) Startup Studio ID x Impactto, yang berkolaborasi dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), Juli lalu. Artinya, semua yang akhirnya terkonsep mutlak berbasis pada problem yang ditemui masyarakat. Nodeflux mencoba hadir sebagai pemberi solusi dengan teknologi.


Pria bernama lengkap Faris Rahman ini menceritakan kelahiran Nodeflux dengan riang dan penuh optimisme akan kebutuhan dan pasar kecerdasan artifisial pada masa mendatang. Namun demikian, ia menyebut bahwa Nodeflux tidak selalu nangkring di atas jalur tol yang lancar; bebas hambatan. Pada awal kelahiran, jalan terjal mesti dilalui perusahaan rintisan ini, layaknya proses normal pertumbuhan.


https://www.nodeflux.io/


Ais tidak sendiri dalam membidani Nodeflux. Pria berkacamata ini berpartner dengan Meidy Fitranto, yang karib dipanggil Memet. Mereka bahu membahu merancang cikal bakal Nodeflux sejak Januari 2016. Memet berperan sebagai co-founder dan Chief Executive Officer (CEO). Keduanya bersahabat sejak SMP dan bertemu kembali di Teknik Industri Institute Teknologi Bandung (ITB). Sebelum terjun di bidang pengembangan kecerdasan artifisial ini, keduanya sudah bergelut dengan karier masing-masing. 


"Udah sejak kuliah, kita sering jualan software bareng sih. Kita explore banyak hal, mulai dari buat-buat software, games, (bisnis) kulineran juga" ujar Memet.



"Saya sebelumnya bekerja di oil company yang besar, tetapi saya lebih banyak kerja sampingannya sih, hahaha. Intinya my heart and my mind tidak di situ lah ya. Saya lebih suka create something. Akhirnya, kami saling kontak kembali karena ada proyek bersama. Namun, karena satu dan lain hal proyek itu gagal, padahal produk sudah hampir selesai. Dari situ lah, kami mulai berpikir untuk merintis usaha ini" lanjut Ais, yang diamini oleh Memet.


Nama Nodeflux mereka rancang karena lebih "menjual". Awalnya mereka lekat dengan nama Donkey Smart. Memangnya ada keledai yang pintar? Memet menjelaskan justru karena stigma hewan keledai yang bodoh; jatuh di lubang yang sama untuk kedua kalinya, mereka menjadikan hal tersebut sebagai pengingat.


"Kalau hewan yang pintar, misalnya dolphin, begitu kan nggak seru. Ibaratnya, ya pantas saja kan pintar, terus bikin data analytics gitu. Kalau hewan bodoh yang bikin, kan paradoks ya. Namun, kita ingin membuktikan bahwa itu mungkin!" tegas Memet. "Kalau kalian ke kantor Nodeflux di Mampang Prapatan, di sana disebutnya Donkey Camp, jadi karyawan kita ya disebutnya Donkey Team" paparnya kembali sambil disertai gelak tawa. Wah... filosofi sederhana yang mengena!


Optimisme yang mereka bangun dalam tubuh Nodeflux terejawantah pula dalam misi yang diemban, yaitu berkontribusi pada pengembangan kecerdasan artifisial dalam lingkup nasional dan (bahkan) global. Hingga kini, Nodeflux masih terus bereksplorasi dengan produk-produk unggulan yang fokus pada visionAIre dan identifAI. Produk visionAIre meliputi visionAIre facevisionAIre peoplevisionAIre vehicle, dan visionAIre retail. Adapun, produk identifAI berupa identifAI dukcapil validationidentifAI liveness detection, dan identifAI KTP OCR.


https://www.indotelko.com/


Kontribusi Bagi Negeri

"Humans can make mistakes, artificial intelligence can help!"

Kecerdasan artifisial makin dekat dengan kehidupan saat ini. Nodeflux membuktikan dengan terus bertumbuh bersama tim yang berisi pribadi-pribadi optimis untuk terus memperbesar potensi keuntungan dan menghadirkan risiko dalam taraf minimal. Dari tiga karyawan pada awal rintisan, kini tim keledai pintar didukung oleh talenta-talenta potensial, yang 100% warga negara Indonesia. Suka! 


Pada medio 2019, Nodeflux telah dipercaya menggawangi Jakarta Smart City oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Perwujudan smart governance salah satunya dilakukan dengan pemanfaatan kecerdasan artifisial. Kecanggihan vision artificial intelligence, sebagai keunggulan produk Nodeflux, dalam mengimitasi kecerdasan manusia secara efisien diintegrasikan dengan maha data (bigdata) yang dimanfaatkan sebagai alat evaluasi dalam pengambilan keputusan dan penetapan kebijakan. Pada akhirnya, pemanfaatan kecerdasan artifisial berimbas positif pada kehidupan masyarakat secara keseluruhan.


"Produk Nodeflux berupa Licence Plate Recognition mampu mengenali dan membaca plat nomor kendaraan dengan teknologi vision artificial intelligence. VisionAIre dilatih untuk membaca plat nomor dalam berbagai kondisi, baik pencahayaan, kondisi cuaca, kualitas gambar, dan jarak untuk memberi analisis yang bersifat real-time," terang Memet.


Kini Nodeflux telah bekerja sama dengan banyak pihak, diantaranya pengelola Trans Jakarta, pos lintas batas negara, kepolisian Republik Indonesia, dan pengelola jalan tol. Terkini, Nodeflux berkontribusi dalam melakukan monitoring dan evaluasi pergerakan masyarakat di tengah Pandemi COVID-19. Kontribusi nyata di bidang teknologi tersebut membuat Ais (dan tim Nodeflux) dinobatkan sebagai penerima SATU Indonesia Award dari Astra Internasional pada tahun 2018 lalu. Apresiasi tak berhenti! Mereka juga meraih NIT Startup Challenges 2019, BPPT Innovator Award 2020, dan ASEAN ICT Award 2021. Jiaaaah, langganan! 

https://wartaekonomi.co.id/

"Keep moving forward aja lah. Kita nggak pernah tahu kan kondisi ke depan gimana" pesan Ais, menanggapi kondisi tidak ideal pada pengelolaan perusahaan dalam masa pandemi COVID-19 ini. Pria yang juga antusias dengan pencil sketching art ini menegaskan ulang misi Nodeflux untuk terus memberi solusi praktis dengan teknologi. Harapan utamanya, produk teknologi Nodeflux bisa dirasakan langsung oleh masyarakat, sampai pada tataran kehidupan keseharian (daily life). Sisi valuable itulah yang ingin terus dikejar dan penyemangat dalam mengembangkan Nodeflux.


Ais dan Memet mengungkapkan pula rasa senang dengan mulai bermunculannya para data scientist muda di Indonesia. "Artinya, perguruan tinggi sudah mulai melihat kecerdasan artifisial sebagai lahan masa depan ya. Ada yang sudah membuka jurusan atau minimal ada mata kuliah mengenai domain ini," ungkap Memet. Mulai banyaknya workshop atau pelatihan mengenai bidang ini juga dirasa cukup membantu perkembangan bidang kecerdasan artifisial ke depan.


Pada akhirnya, perubahan sebagai konsekuensi kecerdasan artifisial segera tiba. Perubahan itu akan menjadi utopia atau katastrope, justifikasinya ada di tangan kita bersama. Nodeflux mencoba mempersiapkan peradaban teknologi dengan sigap dan take action untuk terlibat. Kontribusi yang sudah dibalut dalam misi mereka memberi kemungkinan skenario masa depan penuh harapan. Do Good Be Nice!

JALAN RUHANI SEORANG IBU

Sumber: Dokumentasi Pribadi Selesai sekali baca. Buatku, isi buku ini bukan pemahaman baru. Namun, justru berperan amat besar sebagai pengin...