Senin, 15 Juli 2024

PELABUHAN TERAKHIR

Sumber: Dokumentasi Pribadi


Baca beberapa jam, selesai. Salah satu buku hasil nitip dipesankan Pak Suami di lapak online, selain Pak A.R. dan Jejak-Jejak Bijaknya dari Penerbit Imania dan Islamic Montessori Reading & Writing-nya Bentang Pustaka. Subtittle-nya begitu tersurat, kisah kasih dua figur publik, yang kubaca setelah kisahnya Ditto Percussion dan Ayudia Bing Slamet.

Pertama tahu dari IG penulisnya, refleks: "Kenapa judulnya itu sih?" Berasa jadul!😁 tapi spill tipis-tipis di kontennya  berhasil bikin penasaran untuk baca versi lengkapnya.

Kisah kasih Arda NAFF dan Tantri KOTAK menguatkan, tetapi kisah hidup penulis plus keluarganya yang lebih mencuri perhatian. Selalu kagum dengan cara hidup orang-orang sederhana macam bapak ibunya. Bikin iri dengan cara beliau mengajari adab, cara laku diri, dan memperlakukan orang lain.

Sebagai karya pertama, cara menyampaikan cerita sama persis dengan para narablog yang memulai mengisi lamannya. Aroma bertutur semampu, sejujur, dan senyaman penulisnya jelas terasa. Apresiasi tinggi telah berkenan berbagi: bagaimana sesak, perih, stagnan, dan senang harus disikapi. Sambil baca, tak terasa emoticon :) dan :( banyak nempel di sudut-sudut bagian tulisan.

Kosakata yang baru kutahu:
*rungsing 😀

Selasa, 04 Juni 2024

MENGEDIT NASKAH DENGAN MARKAH

Sumber: Dokumentasi Pribadi


Buku ini super tipis 🫠 seri pertama dari 12 buku Mr. BT a.k.a Bambang Trim, praktisi di bidang editing. Sejak nerima kiriman buku, baca sekilas, sepertinya merujuk pada materi-materi webinar beliau yang dibukukan 🙃 Manual editing dengan markah sudah banyak ditinggalkan untuk saat ini. Peralihan ke pola on-screen editing dinilai lebih efisien, bahkan beberapa fitur menyediakan anotasi perbaikan oleh beberapa editor sekaligus secara real time. Namun, pengenalan penggunaan markah bagi calon editor atau editor pemula dirasa penting untuk menajamkan intuisi. Manual editing dengan markah dilakukan bertahap mulai dengan mengenali tanda atau simbol yang digunakan, menyiapkan naskah yang akan digarap, dan penggunaan alat sederhana (pensil warna, spidol, dsb). Markah biasanya dibubuhkan dalam teks dan pada margin. Markah bisa coba diramban dengan kata kunci copy editing mark atau proofreading mark.

HATI YANG GEMBIRA ADALAH OBAT

Sumber: Dokumentasi Pribadi


Buku ini hidupnya Sophie banget, yang kali pertama kudengar dari sang suami -Pongki Barata- di siniar All U Can Hear 😀 Seperti tipikal ujian bagi manusia lainnya, Sophie diberi kesempatan oleh Tuhan untuk banyak belajar dari 'pertempuran' hubungan internal dalam keluarga.

Sophie banyak cerita bagaimana harus berpanjang sabar, melembutkan hati, dan menormalisasi sengatan ketidaknyamanan sebagai langkah awal untuk mengenali penerimaan. Bagiku, kesediaan untuk tidak menyimpan kesalahan orang lain ialah deskripsi cerita yang paling terasa 🤍

HIDUP SEDERHANA

Sumber: Dokumentasi Pribadi


Membaca buku ini mengulang pengalaman yang sama dengan laku baca buku Desi Anwar sebelumnya. Penuh catatan sederhana, 53 tulisan seperti disepuh dari buku diary: dekat, lekat, tanpa sekat. Siklusnya pun agak beragam, ada cerita masa kecil hingga era dewasa yang penuh muatan.

Kisah 'Menjadi Kanak-Kanak' terfavorit, mengajak berefleksi untuk tidak angkuh mengakui kebodohan diri, mengonfrontasi dengan mengecilkan volume selirih mungkin, mundur sebentar, membiarkan diri pada proses yang tidak instan agar tidak terulang. Dunia orang dewasa yang mudah melakukan penghakiman bisa jadi memang monokromatik (Hal. 16). Pengingat diri pula bahwa mengetahui aib seseorang tidak otomatis menyulap diri menjadi suci.

Kisah 'Sakit' mengajak pembaca peka atas alarm diri. Tubuh, perilaku, sikap orang lain adalah alat pengingat atas hal-hal yang sangat mungkin salah karena abai, kengototan, ketidaktahuan, atau kekhilafan (Hal. 91). Jalan pelan-pelan, menangkap momen, lalu menyederhanakannya, bisa menjadi pilihan untuk mendapatkan energi baik kembali.


Minggu, 04 Februari 2024

SEKOLAH TANPA JURUSAN

Sumber: Dokumentasi Pribadi



Begitu selesai baca buku ini, satu hal yang terpatri: bikin coretan etnografi kelas gini ternyata seruuuu sekali! 🫠 iyaps, buku ini cerita tentang bagaimana teman-teman Sanggar Anak Alam (SALAM) di Yogyakarta meracik kurikulum sendiri: berdaulat penuh atas pokok bahasan, sumber informasi, media belajar, dan bahkan indikator keberhasilannya secara mandiri. Laku sinau yang organik dan fleksibel tersebut diceritakan langsung oleh tangan pertama: penulis, yang juga fasilitator di SALAM.

Catatan-catatan penulis detail dan menegaskan bahwa anak-anak di sana tak melulu menjadi objek pendidikan, sebaliknya, mereka ialah subjek pencari pengetahuan. Oleh karena itu, diksi-diksi: kesepakatan, keterlibatan, diskusi, kesadaran diri, konsekuensi, dan refleksi sering muncul. Alur belajar berbasis riset-riset sederhana mengawali penjelajahan pengetahuan dengan keingintahuan, keprihatinan, dan kerisauan. Riset bagi mereka bukan sekadar soal teknik/keterampilan, apalagi hanya sekadar soal suka atau tidak suka.

Peristiwa belajar dituturkan penulis dengan jujur, ada banyak poin kendala, kesulitan, hingga hal-hal minus yang ditemui. Fasilitator tidak mutlak berperan sebagai juru narasi. Mereka menempatkan diri sebagai pemelajar pula, tentu saja termasuk belajar sabar 😄 Mereka senantiasa mengarahkan bahwa bacaan tidak melulu dari buku. Ruang interaksi, peristiwa-peristiwa, orang-orang yang ditemui adalah ruang belajar bagi anak untuk mampu menjadi tuan atas diri sendiri. Oleh karena itu, anak juga dituntun membangun ruang bicara dan ruang dengar dengan sesamanya.


Kamis, 11 Januari 2024

UJIAN TERTUTUP PROMOSI DOKTOR

 


THE DOOR-TO-DOOR BOOKSTORE

 

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Membaca kisah Carl Kollhoff seperti menemukan sosok ideal(is) pencinta buku. Tugasnya sebagai juru antar buku tidak dimaknainya sekadar memindahkan buku dari rak di Toko Buku Gerbang Kota ke tangan para pelanggan. Ia seolah sedang membagi-bagikan makanan, yang masa kedaluwarsanya sangat panjang.

Dalam hidupnya, Carl merasa berkeluarga dengan buku. Ia berbagi rumah dengan rak-rak, kertas-kertas berjilid, dan tinta-tinta. Baginya, memulai patroli pengantaran buku sebanding dengan memulai kehidupan setiap harinya. Bila konon dikatakan bahwa buku akan bertemu dengan pembacanya, Carl mencoba memosisikan diri sebagai penunjuk jalannya.

@penerbitbaca 👋

THE TEMPERATURE OF LANGUAGE

 

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Bahasa kita adalah bahasa yang tipikal. Satu saja kata yang berbeda bisa mengubah arti. Pun, bahasa memiliki suhu tersendiri. Tingkat hangat dan dinginnya berbeda-beda: bisa merangkul kelelahan ataupun membakar perasaan.

Sorry seems to be the hardest word. Lirik lagu itu kadang masih relevan untuk kehidupan sekarang. Mungkin, ada yang masih ingin mencoba membuktikan kebijakan sosial kuno bahwa suara yang lebih lantanglah yang akan menang.

Lee menyebut ada beberapa kata (ucapan) yang harus sengaja diabaikan. Ya, semua orang tidak akan mengarungi laut dengan cara yang sama. Lebih penting memastikan diri sendiri paham saja, bahwa tanggal kedaluwarsa setiap kesulitan itu berbeda-beda.

*nemu kata baku yang baru 'ngeh' 😄
terbersit ❎
tebersit ☑

pedesaan ❎
perdesaan ☑

@bukugpu 👋

THE USE OF ARTIFICIAL INTELLIGENCE IN TEACHING WRITING: IS IT A DYSTOPIA?

Sumber Foto: https://www.qiteplanguage.org/majalah Nowadays, technology is required in the learning process. The integration of technology i...