Sabtu, 15 April 2023

MELIHAT DIRI SENDIRI

 

Sumber: Dokumentasi Pribadi


Beberapa kutipan pascabaca buku ini,

Jika ada yang alergi terhadap koreksi, pastikanlah bahwa ia memang orang yang tidak atau kurang memahami arti perhatian dan kasih sayang. Maka, bersyukurlah bahwa di kita, koreksi masih ada. 

Melayani adalah bagian dari memberi. 

Hamba yang bersyukur mempunyai dada yang senantiasa lapang, tampil menjadi orang yang optimis, tampil menjadi orang yang pemurah, dan tampil menjadi orang yang bergairah melakukan ibadah.

Kegagalan hanya sekadar bagian dari dinamika dalam proses perjuangan yang justru dapat dijadikan pelajaran.

Semua yang baik atau buruk dari Allah. Allah menghendaki apa saja yang Ia kehendaki. Masuk akal atau tidak, jika itu dikehendaki Allah pasti terjadi.

Teruslah mendekati-Nya. Jangan lupa memohonkan ampun saudara-saudara kita yang lupa, atau tidak sempat, atau tidak merasa berdosa. Hanya Allah andalan kita.

Amal-amal itu dinilai semata-mata dari niatnya. Bila kita beramal mesti memasang dan menata niat hati. Untuk apa penilaian mulia manusia, bila penilaian Allah justru sebaliknya. Ketulusan niat akan memancar melalui amalan itu sendiri.

Membaca Al-Quran dengan niat mendapat piala, tentu tidak sama dengan niat mendapat pahala.

Kadang, orang sibuk dengan hal haramnya makanan tetapi tidak mempedulikan halal haramnya cara mendapatkan makanan itu sendiri.

Puasa adalah amalan khusus antara kita, sebagai hamba, dengan Allah saja.

Salat yang selama ini kita anggap sebagai kewajiban saja, sebenarnya merupakan anugerah yang tak terkira agungnya. Jadikanlah sabar dan salat sebagai penolongmu. 

Selama ini kita sudah benar-benar mendirikan salat ataukah hanya mengerjakannya saja? Bagi seseorang yang dalam dirinya terdapat sedikit saja ketakaburan, tentu sulit untuk memulai salat.

Sungguh muskil orang yang memiliki kitab suci dan diakui sebagai pedoman hidupnya, ternyata tidak memahami kitabnya itu, apalagi tidak membacanya.

Ketulusan pengakuan kesalahan adalah keharusan adanya tekad memperbaiki dan tidak mengulangi kesalahan, sehingga tidak melecehkan kemuliaan permintaan maaf itu sendiri.

Apa yang dituntut Allah dari kita tidak kita perhatikan, bahkan sering kita abaikan, sementara yang dijamin oleh-Nya kita buru mati-matian.

Melihat diri sendiri pun hampir tidak sempat karena kita sibuk dengan hal-hal atau diri-diri lain di luar diri kita.

Seperti kita ketahui ibarat tempat tinggal, betapapun hebatnya dunia sebagai tempat tinggal, ia tidak lebih dari hotel atau penginapan, bukan rumah.

Tolonglah saudaramu dalam keadaan dia zalim ataupun dizalimi!

Akibat sekian lama diseragamkan dan tidak diajarkan berbeda, kita pun cenderung menganggap setiap perbedaan sinonim dengan permusuhan.

Banyak di antara kita yang memahami syirik atau menyekutukan Allah hanya dalam kaitannya dengan sembahan-sembahan lain. Yang dikhawatirkan Nabi justru amalan-amalan umatnya yang tidak dilandasi karena Allah, tetapi oleh nafsu dan kepentingan.

Kejujuran adalah amanat dan kebohongan adalah pengkhianatan.

Kita, bila benar-benar mendukung tercapainya tujuan perbaikan, bisa melakukan upaya perbaikan diri. Misalnya, menghentikan sikap dan perilaku yang membantu berlangsungnya 'budaya busuk' yang diawetkan dalam kehidupan kita. Seperti menyogok, curang, korupsi, nepotisme, munafik, dsb.

Engkau berikan kekuasaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kekuasaan dari orang yang Engkau kehendaki; Engkau angkat orang yang Engkau kehendaki dan Engkau rendahkan orang yang Engkau kehendaki; di tangan-Mu lah segala kebaikan. Sungguh Engkau Mahakuasa atas segala apa saja.

Saya rasa karena kasih sayang Allah yang besar kepada manusialah yang membuat-Nya tidak membiarkan makhluk-Nya yang istimewa ini terus dalam kelalaian. Pelajaran demi pelajaran, peringatan demi peringatan; mulai dari yang kecil-kecil seperti sakit, lupa, kegagalan, kematian, dan sebagainya, hingga musibah-musibah besar yang tak terelakkan, yang semuanya itu mengingatkan kebesaran-Nya dan kekecilan manusia.

Kezaliman tidak boleh dilawan dengan kezaliman. Kezaliman adalah kegelapan yang berlapis-lapis di hari kiamat kelak.

Boleh jadi setiap orang mencintai dirinya sendiri dan mempunyai potensi untuk menjadi egois. Namun, pandangan yang berlebihan terhadap materi dan segala yang duniawilah kiranya yang benar-benar menyeret orang menjadi pribadi yang egois.

Istighfar adalah permohonan ampun. Memohon ampun memerlukan pengakuan terhadap dosa dan sikap merendahkan hati.

Cobalah kita sejenak menggeledah diri, meraba kekotoran diri, dan membersihkannya untuk kembali kepada Allah yang Mahakuasa atas segalanya.


BENTUK DAN PILIHAN KATA

Sumber: Dokumentasi Pribadi


Dalam BI secara umum bentuk kata terdiri atas kata dasar/bentuk dasar/kata asal/dasar kata dan kata bentukan/kata turunan/kata berimbuhan/kata jadian. Pembentukan kata dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai cara, yaitu pengimbuhan, penggabungan antarkata dasar, penggabungan unsur terikat dan kata dasar, pengulangan, dan pengakroniman. Pengimbuhan terdiri atas prefiks, sufiks, infiks, dan konfiks. Prefiks meng- dan peng- paling banyak menimbulkan masalah karena dapat mengalami perubahan bentuk jika digabungkan dengan kata dasar yang berawal dengan huruf tertentu. Awalan meng- dan peng- berubah menjadi menge- dan penge- jika dirangkaikan dengan kata dasar yang hanya terdiri atas satu suku kata. Huruf /k/, /p/, /t/, dan /s/ pada gugus konsonan tersebut tidak luluh apabila mendapat imbuhan, baik meng- maupun peng-, kecuali huruf awal /p/ jika mendapat imbuhan peng-.

Unsur -isasi yang sering digunakan dalam bahasa Indonesia berasal dari -isatie (Belanda) atau -ization (Inggris). Imbuhan itu sebenarnya tidak diserap ke dalam bahasa Indonesia. Meskipun demikian, imbuhan itu ada dalam pemakaian bahasa kita karena diserap secara bersama-sama dengan bentuk dasarnya. Contoh: modernization --- modernisasi. Imbuhan asing -wan dan -man berasal dari bahasa Sanskerta. Kehadiran imbuhan itu telah diterima di dalam bahasa Indonesia sebagai bentuk kata yang menyatakan 'orang'. Contoh: seniman, karyawan, wartawan. Penggunaan kedua imbuhan tersebut sebenarnya dalam pengertian netral, tidak membedakan jenis kelamin. Sungguhpun demikian, ada kecenderungan pemakai bahasa menggunakan -man dan -wan sebagai penanda jenis kelamin laki-laki, sedangkan jenis kelamin wanita dinyatakan dengan imbuhan -wati. Hal tersebut memunculkan bentukan kata seniwati, karyawati, wartawati.


Eufemisme adalah kata atau ungkapan yang dirasa lebih halus untuk menggantikan kata atau ungkapan yang dirasa kasar, vulgar, dan tidak sopan. Misalnya: bodoh --- kurang pandai, miskin --- kurang mampu, dsb. Namun, pemakai bahasa tidak seharusnya terjebak pada penggunaan eufemisme yang terkesan menyembunyikan fakta. Misalnya: ditangkap polisi --- diamankan polisi, harganya dinaikkan --- harganya disesuaikan. 


Ungkapan dan lain-lain, dan sebagainya, dan seterusnya sebaiknya tidak digunakan secara sembarangan. Ungkapan 'dan lain-lain' digunakan untuk mengungkapkan perincian lebih lanjut yang sifatnya berbeda-beda. Misalnya: Peralatan yang diperlukan dalam kegiatan tersebut adalah bolpoin, komputer, tas, dan lain-lain. Ungkapan 'dan sebagainya' digunakan untuk mengungkapkan perincian lebih lanjut yang sifatnya mirip atau sejenis. Misalnya: Jenis-jenis logam  itu adalah emas, perak, timah, dan sebagainya. Ungkapan 'dan seterusnya' digunakan untuk mengungkapkan perincian lebih lanjut yang sifatnya berurutan. Misalnya: Bagian yang harus dibaca pada buku itu adalah BAB I, BAB II, BAB III, dan seterusnya.


Idiom adalah dua kata atau lebih yang maknanya tidak dapat dijabarkan dari makna unsur-unsur pembentuknya. Misalnya, banting tulang, kambing hitam, naik daun, kembang desa, mata keranjang, dan sebagainya. Ketika akan menggunakan suatu kata, pemakai bahasa harus mempertimbangkan apakah kata-kata yang akan digunakan itu layak pada zaman tertentu atau tidak. Contoh: ganyang, antek, kelompencapir, anjangsana, ABRI masuk desa --- hanya layak digunakan pada zamannya. Kata jam dan pukul - sering dikacaukan pemakaiannya. Kata jam digunakan untuk menyatakan makna 'durasi atau jangka waktu', 'arloji', atau 'alat penunjuk waktu'. Adapun, kata pukul menyatakan 'waktu atau saat'. Contoh:
Mereka akan berangkat pukul 09.30.
Para pekerja di Indonesia rata-rata bekerja selama delapan jam sehari.




Rabu, 12 April 2023

PELIK-PELIK MONOGRAFI

Sumber: Dokumentasi Pribadi


Monografi sepertinya masih menjadi jenis buku yang belum populer di Indonesia. Monografi merupakan buku yang khas dikembangkan dari hasil penelitian dalam satu topik yang ceruk (niche). Kata "mono" menggambarkan bahwa isinya satu subjek, satu topik, dan "biasanya" ditulis oleh satu orang. Monografi dapat dijadikan bahan ajar sekunder, bukan primer.

Monografi yang berasal dari makalah atau artikel ilmiah merupakan pendalaman dan pengembangan hasil penelitian atau penyajian lebih lengkap dari karya tulis sebelumnya.  Yang dimaksud dengan pendalaman adalah bahwa penulis masih perlu melanjutkan penelitian dengan studi literatur yang mendukung penjelasan lebih detail. Adapun, yang dimaksud  dengan pengembangan adalah penulis mengungkapkan hasil litbang yang "tertahan" di makalah/artikel ilmiah disebabkan keterbatasan halaman.

Penulis monografi diberi kesempatan untuk mengeksplorasi suatu topik (dalam satu bidang keilmuan) secara menyeluruh. Hal ini merupakan kontribusi dan komunikasi ilmiah penulis kepada koleganya atau sejawatnya. Monografi memang untuk dibaca oleh sesama akademisi atau periset dalam suatu bidang keilmuan dan sebagian kecil oleh mahasiswa yang mendalami bidang keilmuan tersebut. Monografi memiliki pasar yang terbatas dan ceruk (captive and niche).

Pada bagian berikutnya, penulis menyampaikan dengan rinci alasan perlunya penyusunan monografi. Selain itu, detail anatomi monografi disampaikan dengan cermat pula. Secara anatomi, monografi digolongkan sebagai karya tulis ilmiah yang cukup tebal dibandingkan makalah/artikel ilmiah atau bahkan laporan hasil penelitian. Walaupun identik dengan buku, anatomi monografi masih menunjukkan kekhasan sebagai karya tulis ilmiah yang kaku.

Salah satu makna penting monografi ialah memberi kemudahan bagi para peneliti setelah kita untuk menemukan referensi penelitian sebelumnya atau terdahulu. Maka dari itu, kita yang harus memulainya!

HIDUP SEKALI, BERARTI, LALU MATI


Sumber: Dokumentasi Pribadi


Alhamdulillah. Selesai lagi buku dari Ahmad Rifa'i Rif'an. Seperti biasa, bahasannya ringan dan random 😀 Walau ditata dalam tiga bagian: Hidup Sekali, Berarti, Lalu Mati, secara umum substansinya acak. Well, tetap kuselesaikan baca karena mayoritas bahasannya relate dengan keseharian. Beberapa kutipan yang ter-notice,


Bagian Pertama

Hidup adalah untuk memberi sebanyak-banyaknya, dan bukan menerima sebanyak-banyaknya. Berlombalah dalam kebaikan. Let's make a life not just a living!

Jadilah dirimu sendiri, menjadi pribadi yang tidak letih memperbaiki diri. Jangan sombong dengan kelebihanmu. Jangan malu dengan kekuranganmu. Tuhan tidak pernah salah memberi. Husnudzonlah pada Tuhan.

Kerumitan itu hanyalah persepsi yang kita ciptakan sendiri. Kebingungan kita tidak akan memperkecil bobot masalah itu. Terkadang, ada yang fokus pada masalahnya, bukan pada solusinya. Dekatilah sang penentu sukses kita!

Kita: kalau doa kayak orator, menilai sesama kayak auditor, sedangkan diri sendiri tak pernah dimonitor. Orang sukses adalah orang yang selalu kelebihan cara. Sementara orang gagal adalah orang yang kelebihan dalih. Kalau ada kemauan, kemampuan akan mengikuti.


Bagian Kedua

Betapa bahagianya ketika penilaian diri merasa rendah, dalam penilaian orang dianggap tengah-tengah, tapi di sisi Allah jadi yang paling mulia. Manusia yang hebat adalah mereka yang telah berhasil menghebatkan orang lain. Orang sukses adalah orang yang gemar menyukseskan pribadi lain.

Ada banyak pilihan yang bisa kita ambil ketika menghadapi orang yang melukai jiwa. Kita bisa menyimpan dendam di dalam dada, atau memilih untuk menjadi pribadi pemaaf yang melepas segala kesalahan yang dilakukan orang pada diri kita. I am the captain of my soul.

Kejujuran itu mencerminkan hampir keseluruhan akhlak 💚


Bagian Ketiga

Jiwa yang tenteram takpunya banyak ambisi keduniaan. Hatinya tenang dalam kesederhanaan. Hidup kita menjadi tidak lagi berpanjang angan dan neko-neko. Takut pada kematian adalah kebodohan akal. Sikap yang tepat bukanlah menakutkan kehadirannya, tapi bagaimana mempersiapkan kematian dengan indah. Husnul khatimah adalah dambaan semua muslim yang mengerti tentang makna kematian yang indah.

Sabtu, 08 April 2023

GIVING IS BLESSING

 

Sumber: https://zhanglab.c2b2.columbia.edu/index.php/Giving


Pagi ini rencana jemput Kak Kinash pascaagenda Pesantren Ramadan di sekolah sejak 3 hari yang lalu. Niatnya jemput pukul 10.00 WIB sesuai jadwal, tetapi info dari grup WhatsApp orang tua murid (OTM) terkait perubahan jadwal menjadi pukul 08.30 WIB membuatku dan si kecil Raya agak buru-buru mandi pagi :) Walau agak ngebuuut, alhamdulillah kak Kinash tidak menunggu lama. Secara empati, nggak tega kalau harus nglangut nunggu, apalagi baru saja beraktivitas yang jauh dari rumah. So, berusaha untuk sesegera mungkin sampai sana. Alhamdulillah, arus lalin depan sekolah cukup lancar. Bisa jadi karena jadwal penjemputan yang memang sudah diatur oleh sekolah. Alhamdulillah pula, kami dapat tempat parkir representatif, pas depan gerbang, sehingga tidak perlu jalan jauh. Kami putuskan, ayah yang turun dan masuk untuk jemput sekaligus bawa barang-barang Kak Kinash. Saya tetap di mobil, berbagi tugas jaga si kecil Raya, dan menggeser beberapa barang di bagasi agar muat untuk tas baju Kak Kinash.

Selang beberapa menit menunggu, saya melihat-lihat situasi sekitar gerbang. Lalu lalang para OTM yang menjemput cukup frekuentatif. Beberapa OTM ada yang membawakan koper, ada yang sambil memanggul kasur lipat, menenteng bantal, ada pula yang sambil ngempit piala. Hmmm... mungkin anaknya baru saja memang lomba atau dapat apresiasi dari penyelenggara acara. Alhamdulillah, ikut bahagia melihatnya :) Salah satu OTM yang keluar gerbang berikutnya adalah seorang ibu dengan rambut dicepol, terlihat apa adanya seperti biasa karena memang saya beberapa kali bertemu dengan beliau. Kami tidak saling kenal dekat, tetapi cukup tahu beliau OTM salah satu teman Kak Kinash sejak dari TK :) Tidak lama kemudian, turut muncul di belakang beliau, bapak berkacamata, dengan tinggi sepantaran. Iya, beliau suaminya. Beberapa kali saat acara kumpul OTM, beliau hadir bersama pula, tidak cukup asing bagi saya.

Perhatian saya masih terus berlanjut, sambil sesekali melongok ke dalam karena ayah dan Kak Kinash belum muncul juga, mungkin masih mengemas barang-barang. Suami-istri ini kulihat melongok random ke beberapa arah. Seperti mencari-cari sesuatu atau seseorang. Tak berapa lama, dari arah belakang mobil saya, seorang satpam berlari kecil. Bapak paruh baya berkacamata itu terlihat mengeluarkan amplop putih dari saku celana, menempelkan pada tangan pak satpam, dan berucap singkat. Entah apa yang beliau sampaikan, setelahnya kulihat pak satpam sedikit membungkukkan badan sambil berucap singkat pula. Hmmm... bisa jadi semacam ucapan terima kasih atas pemberian. Rasanya seketika cleeeees di hati. Turut senang. Nggak peduli apa yang diberikan, berapa, untuk apa, dsb. Saya lebih fokus pada bersyukur ada yang berkenan berbagi, bersyukur karena bisa jadi ada yang terbantu.

Eh, ternyata adegan belum berhenti. Bapak berkacamata itu melongok kembali, mencari-cari, dan sambil seperti bergumam kepada pak satpam. Beberapa detik kemudian, muncul pak satpam kedua, beliau melakukan hal yang sama, menyerahkan amplop putih. Diikuti kembali oleh pak satpam ketiga. Terakhir, meski harus menunggu 2-3 menit, muncul pula pak satpam yang keempat. Perlakuan sama diterima keempatnya. Kemudian beliau terlihat pamit, berbalik badan, menuju mobil diikuti pula oleh istrinya. Huuuuh... beberapa detik rasanya terhenti :) beberapa lema yang terpikir untuk menggambarkan hal itu: take action sederhana dan terasa ringan karena diiringi senyuman dari si pemberi, membahagiakan karena hal tersebut jelas terpancar bagi si penerima, dan indah bagi saya yang taksengaja menyaksikan. Barakallah, semoga Allah Swt melanggengkan praktik-praktik baik yang seperti ini 💚

THE USE OF ARTIFICIAL INTELLIGENCE IN TEACHING WRITING: IS IT A DYSTOPIA?

Sumber Foto: https://www.qiteplanguage.org/majalah Nowadays, technology is required in the learning process. The integration of technology i...